Quantcast
Channel: LIVING ROOM
Viewing all 249 articles
Browse latest View live

Weekend Getaway: Kuliner di Sepanjang Jalan Pangrango Bogor

$
0
0
Belakangan ini teman-teman di kampus saya sering sekali membicarakan agenda kuliner ke Bogor. Tempat yang jadi list teratas mereka biasanya pizza kayu bakar yang memang ovennya berbahan bakar kayu. Makin lama makin tenar aja kuliner pizza bakar ini. Saya pun jadi tergiur untuk menyambangi Bogor sejak sekitar tiga bulan lalu. Setelah menunggu waktu yang tepat (sehabis ujian), akhirnya kesampaian juga saya pergi ke sana hari Minggu kemarin. 

How to get there:
Saya ke sana menggunakan Commuter Line turun di Stasiun Bogor lalu naik angkot 03. Ternyata angkotnya bisa memilih jalur sesuka mereka, jadi be aware ya, perhatikan sekitar. Pokoknya harus turun di Taman Kencana. Lalu tinggal jalan kaki menuju Jalan Pangrango.

Ternyata di Jalan Pangrango tak hanya ada si pizza kayu bakar, aneka kuliner lezat lainnya yang juga menggugah selera berjajar di sepanjang jalan itu. Kemarin saya berhasil mencicip makanan di 3 tempat makan di sana. Itupun perut sudah penuh sekali rasanya. Kami jauh-jauh dari Bintaro ke Bogor hanya untuk kuliner di sini aja lho. Tapi emang layak diperjuangkan kok. Hihihi.
Kedai Kita (Pizza Kayu Bakar)
Tak disangka tempatnya cukup sederhana tapi sangat ramai. Selain bahan bakar ovennya dari kayu, bangunan tempat ini juga didominasi kayu. Kedai Kita terdiri dari dua lantai, tersedia tempat duduk indoor dan outdoor. Untuk yang outdoor ada yang lesehan juga. Tapi kita nggak bakalan bisa milih duduk dimana jika datang di jam makan siang saat weekend seperti kami. Dijamin semua kursi penuh. 
Meskipun penuh, pelayanan di sini sangat prima. Petugas yang melayani waiting list senantiasa sigap mencatat pelanggan yang rela dijadikan waiting list lalu dengan cekatan menyiapkan tempat yang baru ditinggalkan oleh pelanggan yang sudah kenyang. Saat datang saya dapat giliran waiting list ke-10. Saya pikir akan memakan waktu lama, maka saya tinggal sebentar ke Pie Apel yang juga terkenal. Sebenarnya saya ke Pie Apel karena sudah lapar sih, khawatir emosi lama nunggu jadi saya mau nyemil dulu. Lokasinya cuma di seberang Warung Kita aja kok. 

Di Pie Apel kayaknya kami lupa waktu, jadi pas balik lagi nama saya udah kelewat. Pas saya nanya ke petugas waiting list, mereka bilang sudah manggil-manggil nama saya tapi nggak ada yang menyahut. Hihi. Jadi kami kena punishment harus menunggu 1 rombongan di list yang di bawah kami dulu, baru dapat giliran. Ternyata nggak lama nunggunya. Jadi sebaiknya meski dapat antrian ke sekian, ditungguin aja. Mereka sigap banget kok. Baru kali ini resto rame sangat prima dalam menentukan giliran. Saya suka dan sangat menghargai cara mereka menangani antrian.

Makanan yang kami pesan adalah Hawaian Pizza, Lasagna Bolognaise, BBQ Smoke Beef Calzone, dan Beef Kebab. Dimakan berlima dengan 8 gelas es teh! Pizzanya ternyata ada nanasnya, khas Hawai banget ya. Karena ada buahnya saya bisa menyantapnya dengan mudah. Rasanya nggak senendang yang saya bayangkan namun sangat mild di mulut. Nggak bikin mblenger meski kejunya banyak. Saya sedikit bertanya-tanya kenapa harus menggunakan bahan bakar kayu, apa menggunakan filosofi masakan tradisonal yang lebih nikmat ketika dimasak dengan kayu? Tapi konsep dan idenya benar-benar sukses menarik perhatian masyarakat untuk menyambangi Jalan Pangrango. (7,9/10)
Lasagna Bolognaise menurut saya merupakan makanan terenak dibanding pesanan kami lainnya. Kelembutan dan rasanya yang mantap benar-benar pas dan di atas ekspektasi. (8,5/10)
BBQ Smoke Beef Calzonenya berbentuk seperti pastel raksasa. Setelah diiris tengahnya maka keluarlah kejunya yang meleleh menggoda iman untuk segera dilahap. Isian calzone lainnya ada sosis. Sejujurnya saya nggak terlalu suka sosis namun kemarin saya makan sosinya dengan lahap karena rasanya tidak seperti sosis lain yang kayaknya kebanyakan penyedap rasa. Pinggiran Calzonenya renyah dan crunchy sekali. Makanan ini awalnya enggan dipesan oleh teman saya, namun karena bingung mau pesan apa, dan saya menekankan nggak mau makan mie, maka akhirnya pesan ini deh. Nggak mengecewakan. (8,10)
Kebabnya disajikan seperti sate. Dibakar begitu saja lalu disajikan dengan paprika untuk memberikan sensasi sedikit pedas. Dagingnya minim bumbu namun jadi kerasa banget rasa asli daging kebabnya. Pas ketika dikunyah bareng paprika. Lebih nikmat jika dicocol sausnya. Penyajiannya dipadukan dengan kentang goreng/french fries.(7,5/10). 
Salah satu teman saya memesan Creamy Corn Soup. Saya lupa nggak nyicip. Tapi teman-teman yang menyantapnya mengatakan enak. Karena nggak nyicip saya nggak bisa kasih score ya :D

Pia Apple Pie
Kami heboh sekali ketika masuk ke sini. Hendak memesan menu yang sama beberapa kali, lalu setelah sadar kalau sudah ada yang memesan menu tersebut kami mengganti orderan. Meski kami cukup merepotkan, semua pelayannya tetap ramah dan sigap membantu. Mungkin ini yang bikin kuliner di Pangrango booming ya, pelayanannya bagus sekali. Oiya saat memesan silakan tanyakan mengenai kandungan alkohol pie-nya. Mereka biasanya akan dengan berbaik hati mengingatkan pengunjung yang berjilbab jika apa yang akan kita pesan mengandung rum yang beralkohol.
Di sini ternyata nggak cuma ada apple pie, varian aneka pie ada semua. Bahkan ada choco pie yang seperti permen coklat namun lebih lembut. Strawberry pienya juga enaak banget. Tapi favorit saya sih Blueberry Cheese Pie (REKOMENDASI!). Lokasi makannya di outdoor. Pienya ada yang berbentuk lambang LOVE, dan yang beli apple pie dengan bentuk tersebut adalah teman saya yang paling sering dibully atas kejombloannya. Meskipun yang jomblo dalam lingkup pertemanan saya banyak tapi entah kenapa cuma dia yang jadi sasaran bully. Pas banget deh kemarin ketika apple pie-love nya dipotong-potong, yang lain kompak ngatain hatinya hancur berkeping-keping seperti hati yang beli XD
Klappertaart Huize
Saya baru tau jika ini adalah makanan khas Manado. Kemarin teman saya yang pernah bertugas di Manado ngebet pengen ke sini karena kangen katanya. Klappertaart berbahan dasar kelapa, tepung terigu, susu, mentega dan telur. Merupakan warisan kuliner jaman pendudukan Belanda di Manado.

Serius nih baru kemarin saya bisa bedain Klappertaart dan Lasagna, soalnya keduanya sering dikemas dengan bahan dasar dan bentuk kemasan yang sama. Selain Klappertaart, di sini juga da macaroni schotel dan pastel tutup. Klappertaartnya sendiri juga sangat beragam variasinya. Paling mencolok yang berwarna ungu. Ternyata itu klappertaart talas. 

Rasa klappertaartnya ternyata sangat enak sekali, membuat melambung tinggi seolah mendapat asupan kebahagiaan dalam tiap sendokannya. Manis dan lembut, lumer di mulut. Benar-benar di atas ekspektasi saya. Tadinya saya khawatir perut nggak mau nrima makanan lagi setelah tadi kebanyakan cheese dan beef. Ternyata saya salah, nyesel banget lho kalau nggak nyobain klappertaartnya.

Dari segi tempat, Klappertaart inilah yang paling nyaman. Tersedia ayunan dan mainan anak-anak. Toiletnya juga bersih. 

Yak, inilah wrap up dari jalan-jalan dalam rangka kuliner di Jalan Pangrango Bogor. Menyenangkan sekali hari minggu dihabiskan bersama teman-teman yang baik sambil menyantap makanan yang lezat. :) 

Sepotong Nirwana di Pantai Padang Padang

$
0
0
Setelah menjajaki Pantai Gunung Payung yang masih sepi, esok harinya saya tak punya jadwal kegiatan. Saya pikir beach hoping akan menyenangkan. Saya membayangkan bagaimana indahnya pantai lainnya jika Gunung Payung yang belum terkenal saja sudah sebagus itu. Smartphone langsung saya sambar, google maps jadi sasaran saya untuk mencari lokasi dua nama pantai yang sudah sangat terkenal, yakni Pantai Padang-Padang dan Balangan. Dua pantai itu merupakan lokasi shooting film Eat Pray Love. Ternyata lokasinya masih berada di Kecamatan Kuta Selatan. Jarak tempuhnya sekitar 30 menit dari rumah Om saya di Kampial. Ditambah satu pantai lagi yang sempat saya lirik ketika ke Pura Uluwatu, Pantai Ungasan, maka destinasi saya hari itu ada tiga pantai. 

Padang-Padang menjadi pantai yang pertama dikunjungi karena lokasinya yang paling dekat, di Desa Adat Pecatu. Pantai ini gerbangnya menjadi satu dengan pura. Memasuki gapuranya, kami langsung disambut anak-anak tangga yang menantikan untuk ditapaki. Tak securam dan sebanyak di Gunung Payung, di sini hanya ada beberapa puluh anak tangga saja. Saya berhenti di dekat pura. Dari situ saya bisa mengintip bagaimana rupanya si Padang-Padang. Sebuah lekukan yang diselimuti pasir putih, berujung riak gelombang kecil yang jernih, Dipeluk perbukit disekelilingnya. Bukitnya dihiasi tanaman berranting banyak dan berbunga pink layaknya pohon sakura. Barangkali nirwana seperti ini, ujar saya dalam hati sembari tersenyum lebar, menahan napas tersengal usai menuruni tangga. Rasa bahagia di dalam hati mengembang semakin besar, saya sangat bersyukur bisa menyaksikan pemandangan seindah itu.

Meski tak sabar untuk segera turun, saya mengambil beberapa foto dari sana terlebih dahulu, hasilnya lebih bagus dibandingkan mengambil gambar dari jembatan di jalan raya karena dari atas sana ada kabel yang akan mengurangi keindahan foto. 
Dari pura, kita harus menyusuri celah sempit seperti di dalam goa. Harus sabar dan saling menunggu dengan pengunjung lain yang datang dari arah berlawanan.
Kabarnya Padang-Padang pada awalnya sepi. Menjadi ramai setelah dijadikan lokasi shooting film yang dibintangi Julia Roberts yang sudah saya sebutkan tadi. Di Padang-Padang sebagian besar pengunjungnya adalah turis asing yang berjemur, mendayung kayak dan surfing. Jika saja saya membawa sarung pantai tentu saya akan rela merebahkan diri sejenak (dengan berjilbab lengkap, haha) di bawah matahari yang seolah enggan menyengatkan panasnya pada si pantai cantik ini. 
Jangan dulu berpuas dengan pantai indahnya itu, berjalanlah terus menjauhi arah masuk. Di sana masih ada bagian Pantai Padang-Padang yang bersembunyi di belakang bebatuan karang. Air jernihnya mengundang untuk bermain bersama riakan ombak kecil yang datang silih berganti. Air pantainya dingin. Saya berlama-lama di sini karena sengatan matahari tak terasa dan tidak banyak orang lain.
Pantai pertama dalam beach hoping hari itu sudah sangat membuat saya senang. Pantas saja Pantai Padang-Padang begitu terkenal. Tempatnya memang sangat memanjakan mata. Murah banget untuk bisa menikmatinya, cuma perlu bayar parkir saja. Untuk motor hanya Rp 2000. Jadi jaga kebersihan dan jangan buang sampah sembarangan di Padang-Padang ya, supaya ia tetap cantik. Saat itu saya jadi makin penasaran dengan kedua pantai lainnya akan seperti apa kontur dan wujudnya :D

5 Tips Memilih Sunglasses untuk Liburan

$
0
0
Apa yang kalian pikirkan pertama kali saat mau liburan? Barangkali selain itinerary, pakaian yang akan dikenakan juga sudah direncanakan. Supaya liburan lebih nyaman dan kita terlihat keren saat difoto. Di negara tropis seperti Indonesia, matahari hampir sepanjang tahun selalu ada. Jadi kita wajib banget melindungi diri dari sinar UV yang berbahaya ketika beraktifitas di luar ruangan. Liburan kan biasanya identik dengan aktifitas outdoor. Jangan lupa lindungi kulit kita pakai sunblock yang ber-SPF. Tapi ada satu bagian wajah yang nggak bisa di-sunblock-in nih. Apa hayo? Iya mata... Kayaknya saya belum pernah lihat sunblock mata. Jadi gimana dong supaya mata kita terlindung dari bahaya sinar UV? Sunglasses lah solusinya. Mata kan jendela hati, jadi musti dijaga dong supaya tetap berbinar dan kulitnya yang sensitif tidak cepat keriput. Nyengir-nyengir sewaktu kena sinar matahari itu memicu keriput lho.
Sunglasses ini bisa dikatakan investasi berharga juga. Kita nggak perlu punya banyak-banyak. Satu, dua atau tiga saja sudah cukup kok. Kenapa disebut investasi karena kalau belinya tepat maka bisa dipakai berkali-kali dan bahkan bisa awet sampai bertahun-tahun. Investasi nggak harus yang harganya mahal banget kan, yang penting sesuai sama budget yang kita punya. Juga jangan lupa beli sunglasses yang melindungi dari sinar UV ya. Jujur aja sih saya dulu pernah suka beli-beli sunglasses yang murah gitu supaya punya banyak dan bisa gonta ganti. Tapi ternyata malah rugi. Soalnya yang satu langsung patah pas ditaruh di dalam tas yang isinya macem-macem. Ada sih yang kalau dipakai jadi bikin makin kece pas difoto, tapi sebenarnya nggak nyaman karena terlalu gelap jadi bisa kesandung-sandung tuh kalau dipakai jalan. Keduanya ternyata nggak memberikan UV protection. Alhasil harus beli lagi dan lagi deh. Barangkali ada yang pernah beli sunglasses mahal tapi nggak sesuai bentuk muka dan akhirnya jarang dipakai? Duh sayang banget ya... 

Supaya terhindar dari hal-hal merugikan tadi, yuk mari kita bahas apa aja yang perlu dipertimbangkan ketika memilih kacamata hitam alias sunglasses:

1. UV Protection
Pilih sunglasses yang berlabel UV 400 atau 100% UV Protection. Biasanya tertera pada sunglassesnya di pojok atas salah satu lensa atau dibelakangnya. Jadi tujuan utama dari pakai sunglasses untuk melindungi mata kita dari sinar UV, bukan sekadar gaya-gayaan lho ya. Kabarnya sinar UV bisa sampai mengakibatkan kebutaan jika mata kita terpapar terlalu lama di cahaya yang terlalu menyilaukan. Serem ya. Semoga jangan sampai ngalamin. Makanya yang belum punya sunglasses nanti segera beli ya setelah baca tips-tips dari sini ^^
2. Lens Material
Kaca
Sebenarnya lensa yang paling tahan gores tanpa perlu pelapis tambahan adalah lensa kaca. Tapi biasanya berat ya jadi nggak bikin wajah kita relaks. Selain itu juga mudah pecah, saya yang ceroboh cenderung menghindari lensa kaca.
CR-39
Merupakan lensa yang terbuat dari polimer plastik. Nggak sekuat polycarbonate tapi memiliki lapisan anti gores dan tahan dengan bahan kimia. Bagi yang hendak berlibur ke Fukushima Daichi, silakan bawa kacamata hitam berbahan CR-39 saja. Hehe. 
Polycarbonate
Merupakan lensa plastik yang tipis dan ringan dibandingkan semua jenis lensa lainnya. Selain itu lensa polycarbonate juga merupakan lensa paling kuat dibandingkan yang lain. Cocok untuk aktivitas berat. Kalau liburan ke tempat ekstrim misalnya gunung, paling tepat pakai lensa berbahan ini.

Kita harus menjauhkan sunglasses dari aseton (penghapus kuteks) karena bisa mengelupaskan lapisan UV di sunglasses. Selain itu, jangan taruh kacamata hitam di pasir pantai, karena pasir pantai dapat mengikis lapisan UV di sunglasses.

3. Lens Tints (Warna Lensa)
Saya baru tahu jika tiap warna sunglasses punya fungsi tersendiri, bukan cuma untuk menahan silau aja. Tadinya sih saya pilih warna berdasarkan selera atau mood. Misalnya lagi girly banget pilih yang pink. Kalau lagi mau terlihat vintage pilih coklat. Ternyata beda warna beda fungsi dalam menyerap cahaya. Yuk mari jabarin satu-satu:
Abu Abu dan Hijau: 
Fungsinya mengurangi pencahayaan/silau tanpa merubah warna asli benda atau pemandangan yang kita lihat. Sunglasses dengan lensa warna ini cocok untuk yang melakukan travelling via darat dengan membawa mobil sendiri. Buat nyetir pas banget. Oke untuk dipakai sepanjang hari. 
sunglasses saya ^^
Cokelat: 
Mengurangi silau termasuk frekuensi biru sinar matahri, meningkatkan kontras atau ketajaman visual terhadap warna hijau dan biru seperti rumput dan langit. Cocoknya dibawa untuk aktiviats liburan seperti sepedaan, olahraga air, sepedaan, dan golf. 
Kuning/Orange: 
Meningkatkan ketajaman visual pada kondisi cahaya rendah dan berkabut. Objek akan tampak lebih jelas baik indoor maupun outdoor. Tapi lensa ini mendistorsi warna, jadi apa yang kita lihat dari sunglasses ini bisa beda sama warna aslinya.
Rose/Merah/Pink: 
Kayaknya ini kacamata yang paling banyak dipakai kaum perempuan. Soalnya warnanya girly banggeet. Fungsinya untuk memblokir pantulan cahaya biru pada sinar matahari. Meningkatkan ketajaman visual juga. Paling cocok dipakai dalam jangka waktu lama dibanding warna lensa lainnya. Bisa juga dipakai saat terlalu lama di depan layar laptop/PC soalnya lensa warna ini akan mengurangi kelelahan mata dan silau dari pantulan cahaya yang terlalu terang. Kayaknya warna ini paling cocok untuk segala aktifitas. Termasuk aktifitas yang sudah disebutkan di warna lensa lainnya tadi.

Semakin gelap warna lensa bukan berarti proteksinya makin baik. Jadi jika ingin tahu mengenai kemampuan proteksinya, balik lagi cek ke poin 1. Ada nggak label UV Protectionnya di sunglasses itu.

4. Kesesuaian dengan bentuk wajah
Jangan sampai investasi sunglasses kita terbengkalai tak tersentuh karena kurang cocok sama bentuk wajah kita. Jadi nggak pernah dipakai lagi padahal udah dibeli. Mubazir kan. Jangan sungkan untuk mencoba sunglasses berkali-kali sebelum membelinya ya. Sekadar referensi, berikut beberapa tips memilih model frame dan lensa sunglasses supaya cocok dengan bentuk wajah:
Wajah Bundar: 
Pilih sunglasses yang membuat wajah lebih panjang. Biasanya sunglasses yang sudutnya tajam bakalan cocok. Misalnya cat eye frame atau sunglasses yang framenya persegi panjang. Retro juga bisa dicoba.
source | you can buy similar here 

Wajah Persegi: 
Ciri wajah persegi adalah kening dan dahi yang lebar dengan rahang tajam. Contohnya wajah Lea Michele. Pilih sunglasses yang memberikan efek tampilan lebih lembut bagi wajah, frame oval atau bulat akan cocok untuk bentuk wajah ini.
Wajah Oval:
Cocok dengan frame apapun. Beruntung banget ya yang punya bentuk wajah oval bisa pilih model frame macem-macem. Biasanya si empunya wajah oval ukuran wajahnya mungil, jadi jangan pilih sunglasses yang ukurannya gede banget ya. Khawatir mukanya jadi nggak kelihatan.
Wajah Hati:
Cirinya dahi lebar, tulang pipi tinggi, dagu sempit. Tipsnya pilih sunglasses yang membuat kening tak terlihat lebar dan rahang makin luas. Aviator sunglasses udah paling cucok. Hindari kacamata yang framenya tinggi dan lebar.
5. Nyaman
Dituliskan pada urutan lima bukan berarti nggak penting lho ya. Justru kenyamanan sangat amat penting. Tapi kalau bisa sunglasses nyaman kita juga memiliki UV protection yang baik dan cocok dengan bentuk wajah. Ya kan? Hihi.

Nggak sempat ke optik karena sibuk atau udara di luar panas jadi malas kemana-mana? Tenang, kan ada Zalora Sunnies Studio. Saya sudah melihat-lihat koleksinya beberapa kali, soalnya saya belum punya sunglasses yang framenya hitam. Di Zalora Sunnies Studio model-model framenya lengkap banget dan sesuai trend fashion terkini. Jadi bisa dipakai liburan sambil foto street style ala-ala fashion blogger kondang. Soal kualitas juga saya nggak ragu lagi, brandnya bikin yakin. Jadi yang belum punya sunglasess atau yang mau nambah koleksi sunglassesnya langsung aja meluncur ke ZALORA aja. 

Kivitz & Miss Marina Spreading Syar'i Lifestyle

$
0
0
Assalamualaikum,

Jika akhir-akhir ini saya kembali menuliskan post tentang jalan-jalan, kali ini saya akan membagi event report mengenai fashion hijab. Biasanya event peluncuran produk fashion hanya berupa peragaan busana. Namun Kivitz dan Miss Marina meluncurkan produk barunya bersamaan dengan dilaunchingnya sebuah gerakan Syar'i Lifestyle. Digunakan kata lifestyle di sini karena syar'i yang dituju bukan hanya semata-mata panjang-panjangan hijab syar'i yang sekarang sedang menjadi trend. Tapi lebih ditekankan pada bagaimana para muslimah menjadi lebih syar'i dalam menerapkan perintah Allah pada kesehariannya. Kabarnya Syar'i Lifestyle akan secara kontinyu menyelenggarakan kegiatan. Pasti bakalan banyak muslimah yang ingin ikutan event ini nih nanti. 
Acara dibuka mundur dari waktu yang tertera karena alasan yang baik, yakni memberikan waktu pada tamu undangan untuk Sholat Ashar terlebih dahulu. Pembacaan ayat suci Al-Qur'an menjadi agenda pertama setelah MC membuka event ini. Lalu dilanjutkan talkshow dengan kedua penyelenggara acara yang sudah saya rangkum di 3 kalimat terakhir paragraf sebelumnya. Founder hijup yakni Mba Diajeng Lestari menyampaikan bahwa syar'i lifestyle tidak hanya dalam berpakaian saja, namun menyeluruh pada segala aspek kegiatan muslimah sejak bangun tidur hingga tidur lagi. Hijup mendukung Syar'i Lifestyle karena sejalan dengan salah satu misinya yakni menyediakan pilihan pakaian muslimah sebagai wujud syiar. Saya setuju dengan konsep Hijup yang selalu inovatif dalam menggalang campaign produknya. Berhijab yang mungkin tadinya memunculkan keengganan pada seseorang, akhirnya memikat hatinya karena ia tetap bisa berekspresi di sana, sesuai karakter masing-masing.

Selain itu, panggung talkshow diramaikan pula oleh beberapa pihak yang terkait dengan tajuk syar'i. Diantaranya adalah Mas Boy Mareta dari Dompet Dhuafa yang menyampaikan salah satu syar'i lifestyle yakni sedekah. Sebisa mungkin sedekah kita laksanakan semampu kita. Bisa dengan wujud apapun tidak hanya materi. Senyum juga sedekah lho. Tentunya sedekah tersebut harus yang kondisinya baik dari yang kita miliki dan diniatkan hanya untuk menggapai Ridha Allah saja. Mba Aisyah Maharani dari Halal Corner mengingatkan kembali mengenai menjaga kehalalan makanan yang akan masuk dalam tubuh kita. Terakhir, Mba Suci Hendryna dari Wardah sharing mengenai bagaimana seorang muslimah mengaplikasikan perintah Allah dalam kesehariannya. Mulai dari hal simpel yakni kosmetik yang akan meresap ke kulit kita. Saya ingat sekali kemarin ada yang bertanya mengenai berdandan hukumnya bagaimana. Jawaban yang disampaikan kalau tidak salah adalah tak apa asalkan tidak mencolok dan tidak diniatkan untuk menarik lawan jenis. Menjaga kecantikan juga termasuk wujud rasa syukur atas apa yang Allah berikan pada kita. 
Kivitz dan Miss Marina masing-masing meluncurkan 20 koleksi. Keduanya mengusung ciri khas masing-masing. Kivitz dengan potongan tegas dan warna-warna andalannya. Siapapun yang memakainya ajan terlihat sangat anggun, sesuai dengan tema koleksi ini "Gracious Portrayal". Long Vest ternyata cocok dipadukan dengan dress syar'i. Karena terlalu banyak jika saya mengupload ke-20 koleksi masing-masing designer, maka saya hanya akan mengupload 5 saja untuk masing-masing brand. 
Miss Marina sedikit keluar dari warna pastel yang girly dengan menampilkan koleksi "Midnight Garden". Warna bunga yang strong dan gelap pada malam hari mendominasi palet warna yang digunakan yakni hijau tua, maroon, dan khaki. Kesan girly khas Miss Marina ditampilkan dalam material ruffle dan potongan flowy. Hal ini menggambarkan hati perempuan yang seperti kelopak bunga yang rapuh. Sedangkan bahan yang kaku dan potongan yang tegas dipilih untuk mewakili kekuatan dari tangkai bunga yang kokoh sebagaimana "will" yang ada pada setiap diri wanita.
Event seperti ini tentu sudah ditunggu oleh saya dan teman-teman Indoensian Hijab Bloggers, jadi seusai acara kami mengabadikan momen silaturahim ini dengan foto bersama.  
Semua koleksi yang diluncurkan pada event ini langsung tersedia di Hijup.com. Jadi buat rekan muslimah yang hendak memiliki koleksi dari kedua brand syar'i ini tapi jauh dari butik keduanya, bisa langsung ke Hijup ya. Jadi nggak sabar nunggu Event Syar'i Lifestyle berikutnya nih. :)

Saturday POST Blind Date with a Book at Pasar Santa

$
0
0
Sabtu lalu saya akhirnya ke Pasar Santa juga. Berawal dari berdirinya ABCD Coffee di sana yang kemudian dibicarakan banyak orang, kios-kios lain yang menawarkan beragam makanan hingga barang-barang terkait hobi pun susul menyusul bermunculan di area sekitarnya. Pasar itu semakin ramai dikunjungi namun hanya pada lantai atas saja, di mana budaya baru anak muda menawarkan kreativitas kian berkembang. Anak jaman sekarang yang hobi ke mall pun kini telah banyak yang tak ragu main di pasar. Tapi ramainya Santa tak berdampak positif bagi pedagang lama yang notabene menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Saya menjadi gusar mendengar dan membaca mengenai pedagang lama di sana yang harus pindah karena harga sewa kios yang melambung akibat booming-nya permintaan. Tarif sewa kios yang baru berat bagi mereka. Saya merasa getir jika sumber nafkah para pedagang tersebut terganggu, sementara saya bersenang-senang di sana. Tentu kita tahu berdagang dengan cara tradisional itu tak mudah. Mereka belum mengenal branding, packaging maupun publikasi melalui media sosial sebagaimana kaum kreatif yang bermigrasi ke sana. Hal itulah yang membuat saya enggan ke Pasar Santa.
Kegusaran saya tersebut mereda seusai membaca post blog The Dusty Sneakers yang berjudul A Remedy for Loneliness. Artikel tersebut mengajak saya untuk merasakan bagaimana rasanya mendengarkan orang-orang antusias membicarakan buku yang mereka suka. Sesampainya pada paragraf terakhir, saya melihat link artikel mereka mengenai Our POST at Pasar Santa. Jujur saya katakan bahwa saya telat banget tahu jika The Dusty Sneakers adalah founder POST, hehe. Memang saya kemarin baru pulang dari goa sih. Semoga dimaklumi ya ketidaktahuan ini. Lalu saya meninggalkan komentar pada artikel tersebut, menceritakan mengenai kegusaran saya terhadap Pasar Santa. Voila! Komentar saya dijawab dengan sangat memuaskan oleh mereka. 
Saya ingat sekali saat itu hari Kamis. Seusai mendengar jawaban itu, saya langsung mengajak teman-teman untuk pergi ke Pasar Santa. Saya ingin tahu di POST ada buku apa saja. Pasti semuanya saya belum kenal karena buku yang saya baca sebagian besar adalah buku-buku yang dijual di toko buku besar. Akhir-akhir ini saya memang sedang ingin membaca banyak buku karena sedang terganggu oleh tulisan Haruki Murakami dalam Norwegian Woods. “If you only read the books that everyone else is reading, you can only think what everyone else is thinking.” 

Bagi yang belum tahu, POST merupakan tempat yang memberikan pilihan bacaan-bacaan bagus bagi para penggemar buku. Buku yang ada di sana biasanya tak ada di toko-toko buku besar. Selain itu sesekali diadakan gathering aneka creative events di sana. Kadang berupa diskusi atas suatu buku, event menulis di pasar, atau aneka event kreatif lainnya. POST didirikan oleh duo The Dusty Sneakers (Mas Teddy dan Mba Maesy) bersama dengan rekan mereka, Steven. Kita bisa leluasa membaca buku yang tersedia di kios 2x4 meter persegi itu dengan nyaman. Jangan sungkan untuk meminta rekomendasi dari Mas Teddy atau Mba Maesy saat melihat-lihat buku di sana. Membaca buku di pasar ini sepertinya akan berkembang di waktu mendatang. Bisa dikatakan POST merupakan pelopor konsep ini.

Sabtu siang sebelum berangkat saya iseng membuka twitter @POST_Santa dan mendapati agenda POST hari itu yang sangat seru, jadi pengen segera sampai ke Pasar Santa. Kira-kira buku pilihan saya di #POSTblinddatewithabook judulnya apa dan karya siapa ya nantinya.
Meski pembangunan Jalan Layang Wolter Monginsidi sedang dalam proses pengerjaan, syukurlah Pasar Santa masih cukup ramai. Sayangnya ABCD Coffee tutup hari itu. Tanpa terdistraksi kios lainnya kami berhasil langsung menuju POST. Di sana ternyata ada Mas Farchan dari Efenerr.com bersama istri. Keberadaan Mas Farchan mengikis kekikukkan saya.

Saya langsung dikenalkan dengan Mas Teddy yang menyempatkan mengobrol singkat dengan kami meski sedang sibuk wara wiri. Lalu Mas Farchan juga mengenalkan saya pada Mba Maesy. Semua terasa lebih mudah dan lancar karena nggak sengaja ketemu Mas Farchan di sana. Saya melihat-lihat buku yang dipamerkan di POST. Sudut #POSTblinddatewithabook menjadi sasaran pertama kami. Setelah membaca semua quotes pada bungkusan buku berwarna coklat, akhirnya saya sudah memutuskan mau ambil yang mana. Teman saya meledek bahwa pilihan saya adalah Chicken Soup! Saya langsung menyanggahnya, mana ada Chicken Soup di POST, kan? Saya jadi curiga jika dia pembaca aneka genre Chicken Soup. Hahaha. 
9 pilihan patner kencan buta
Posan with his date
Selain itu saya juga membawa pulang satu used-book yang menggugah rasa ingin tahu saya, Butterfly Economics dari Paul Ormerod. I am suck at accounting, but I do love reading a book about economy. Sampai saat ini baru saya baca beberapa lembar awal. Sepertinya buku ini akan mengawali minat saya berburu buku yang membicarakan ekonomi, di luar buku penunjang tugas kuliah. 

Saya suka dengan kehangatan orang-orang di POST. Apalagi ownernya, tanpa sungkan mereka akan berbaik hati menyapa pelanggan dan jika kalian bingung mau baca buku apa, maka silahkan minta rekomendasi mereka mengenai buku apa yang kira-kira akan menarik minat kalian.

Saat ngobrol dengan Mba Maesy akhirnya terkonfirmasi bahwa tak ada Chicken Soup dalam #POSTblindatewithabook! Buku yang disampul coklat dengan rapi dalam blind date ini ada 9. Jumlah buku tersebut bukan berdasarkan filosofi tertentu, tapi ternyata ada 9 karena The Dusty Sneakers baru selesai membungkus sejumlah itu aja. Tentu saya memaklumi kesibukan mereka. Terima kasih, tema blind date hari itu memunculkan curiousity saya yang hampir sirna digerogoti rutinitas. Kata Mba Maesy mereka sedikit kesulitan dalam bungkus membungkus ini. Dengan humble-nya Mba Maesy bahkan minta maaf apabila bungkusannya dirasa tidak rapi. Padahal sudah rapi lho Mbaa. Kalau saya yang membungkus, hasilnya bisa lebih parah.
Bersama Mba Maesy, Mas Farchan di pojok kiri jadi background :D
Kami bergegas menuju tempat makan di Pasar Santa supaya dapat meja dan segera tahu siapakah blind date yang kami pilih. Sambil makan gelato, kami tertawa girang. Serotonin mengalir karena rasa penasaran dan kebanggan atas pilihan teman kencan masing-masing. Rasanya seperti baru memutuskan suatu pilihan hidup yang luar biasa.
Dan, pilihan kami dari kencan buta ini adalah...
Berkebalikan, buku yang dipilih kawan saya tentang musik dan anak orang kaya, sedangkan buku yang saya pilih tentang orphaned childrenTHE THIEF LORD oleh Cornelia Funk. Saya baru sempat membaca halaman-halaman awal juga. Cara deskripsi ceritanya sangat bagus. Saya rasa saya akan banyak belajar cara bercerita dari situ.

"Children are caterpillars and adults are butterflies. No butterfly ever remembers what it felt like being a cartepillar" -Quotes yang membuat saya memilih Saturday Date's saya-

Selain gelato dari Tukang Eskrim, saya juga mencoba Takoyaki yang lumayan enak. Nah, beginilah kami menghabiskan senja Sabtu kemarin. Saya berencana akan kembali lagi ke POST Sabtu depan.

Overnight Oats, Solusi untuk Sarapan Cepat dan Sehat

$
0
0
Sarapan merupakan aktifitas yang semestinya menjadi priotitas di pagi hari. Namun sering diabaikan oleh sebagian orang dengan alasan tidak sempat atau karena memang tidak bisa sarapan. Padahal sarapan memiliki segudang manfaat untuk menunjang aktifitas kita seharian. Otak biasanya lebih fresh dan cepat ketika diajak berfikir jika sarapan kita tepat. Yuk mari kita sempatkan untuk sarapan pagi supaya nggak lola...
Ada solusi nih bagi yang suka skip sarapan dengan alasan buru-buru. Bikinnya gampang dan cepet, dimakannya juga nggak ribet. Tapi nutrisi dan manfaatnya luar biasa. Bikin kenyang tapi nggak menyebabkan kantuk karena nggak berat. Yap, overnight oats jawabannya. Kenapa dinamai dengan embel-embel overnight? Karena ia dibiarkan semalaman di kulkas sebelum disantap.
Setelah banyak membaca blog dan artikel di internet yang membahas mengenai overnight oats, saya jadi banyak tahu manfaatnya, diantaranya adalah:

-oats yang direndam dengan susu semalaman tanpa perlu dimasak dengan kompor akan membuatnya lebih mudah dicerna dan lebih banyak gizinya. Dalam perendaman tadi, toxin dan anti-nutrients akan diuraikan. Anti nutrients biasanya ada di semua produk gandum atau padi-padian. Anti nutriens ini bisa dengan cepat memblokade penyerapan mineral dalam usus, sehingga dapat menyebabkan kembungnya lambung bagi yang memiliki masalah pencernaan. Dengan pemrosesan seperti saat pembuatan overnight oats, yakni direndam dalam susu semalaman, maka nutrisi yang kita dapatkan jauh lebih banyak karena anti nutrients dan toxin-nya sudah terurai. Kalori yang didapat juga dua kali lipat dari pada mengkonsumsi oats yang dimasak.

-oats memiliki kadar serat yang sangat tinggi. Secangkir oats setara dengan satu buah apel namun terbukti membuat rasa kenyang lebih lama dibanding menu sarapan lain. Kalau saya biasanya masih lapar lagi dan makan sarapa kedua sekitar pukul 10:30 jika mengkonsumsi oats sekitar pukul 07:30. Teman-teman saya sih biasanya tahan sampai jam makan siang. Pada dasarnya saya memang cepat lapar.

-makanan yang kaya serat seperti oats ini mampu menurunkan kadar koleterol dan menyehatkan jantung karena mengandung senyawa lignan.

-raw oats mengandung tiamin, zat besi, zinc, magnesium, fosfor dan selenium. Tiamin membantu mengubah makanan menjadi energi, zat besi membantu membentuk sel darah merah dan membawa oksigen ke seluruh tubuh. Selenium dan mangan bertindak sebagai antioksidan untuk membatasi kerusakan sel, dan magnesium, zinc dan fosfor bermanfaat untuk pembentukan DNA.

-cocok untuk yang diet. Baik diet untuk menurunkan berat badan maupun diet menjaga asupan makanan dan nutrisi seperti saya.

Setelah tahu segambreng manfaat overnight oats, saya cari lagi resep-resep dan cara membuatnya. Ternyata cara bikinnya gampang banget. Bagian yang ribet ternyata justru persiapan bahannya yang agak njlimet untuk dicari.
Bahan:
1. Rolled Oats
Saya memilih jenis oats ini karena nantinya ia tidak menjadi terlalu lembek yang bisa bikin eneg.
2. Susu 
Karena niatnya ingin bebas alergi maka saya mengurangi dairy product. Saya menggunakan susu kedelai yang tanpa pemanis. Home soy Milk kayaknya banyak dipakai oleh para food blogger Indonesia. Jadi saya baru mencoba menggunakan merk itu juga. Karena porsi susu kedelainya tidak terlalu banyak dan sudah bereaksi dengan oats, maka susu kedelainya nggak bikin kentut-kentut bagi yang lambungnya sensitf sekalipun. Lain waktu saya ingin mencoba merendamnya dengan almond milk buatan sendiri. Sekarang sedang tidak punya almond jadi belum mencobanya.
3. Yoghurt
Gunakan plain yoghurt. Saya kemarin nemunya merk Bio-Kul jadi pakainya merk itu deh. Pisang juga bisa mengganti fungsi yoghurt.
4. Seeds/Biji-Bijian/Granola
Menambah nutrisi dan bikin oats makin enak saat disantap. Selain itu biji-bijian berprotein tinggi.  Saya menggunakan granola dari TRF Homemade.
5. Pemanis alami (Madu/ Pisang/ Kurma)
Food bloggers luar negeri banyak yang menggunakan sirup maple. Kalau saya pakai Madu Uray saja yang memang selalu saya stok. Saya suka manis jadi memilih menggunakan madu. Saya belum mencoba menggunakan pisang. Padahal banyak difavoritkan yang sudah sering bikin overnight oats nih. Saat masih rutin bikin green smothies tiap pagi pun pemanis favorit saya adalah pisang. Kurma yang direkomendasikan untuk digunakan biasanya Kurma Medjol. Itu lho kurma yang ukurannya gede-gede. Kandungan glukosa alami Kurma Medjol memang paling tinggi dibandingkan jenis kurma lainnya.
6. Toppings
Ini merupakan taburan di atas overnight oats yang akan kita santap. Selain bikin oats-nya makin enak, topping semestinya juga dipilih yang bernutrisi tinggi. Pilihan topping bisa sesuai selera. Biasanya menggunakan seeds yang disuka, granola, kurma, buah kering atau buah segar. Saya baru mencoba menggunakan seeds dan buah. Karena sedang musim, mangga menjadi bahan percobaan pertama saya. Mangga Gedong Gincu yang sangat manis dan bertekstur lembut lumayan bikin oats plain jadi terasa manis. Mangga Indramayu yang lebih kaku cocoknya diiris kecil-kecil supaya lebih serasi saat dikunyah dengan oats yang lembut. Alpukat menjadi favorit saya saat ini. Belum nyobain pisang  sih. Pisang dan blueberry banyak direkomendasikan dalam blog dan web resep overnight oats yang saya baca.

Alat:
Mason jar
Menggunakan mason jar supaya lebih rata dinginnya karena bisa ditutup. Saya lebih suka menutup overnight oats saya supaya tidak terkena bau tajam bahan makanan lainnya yang ada di dalam kulkas.

Takaran resepnya
1/4 mason jar rolled oats (mason jar ukuran 9 oz)
1/2 mason jar Home Soy Milk
2 sendok makan seeds
2 sendok makan plain yoghurt
(pada percobaan kedua saya tambahkan dua sendok makan madu, dan ternyata saya lebih suka yang manis ini)
Campur semua bahan sesuai urutan penyebutannya. Aduk rata dalam mason jar. Simpan di kulkas minimal 3 jam, idealnya 6 jam ke atas. Tapi jangan sampai 12 jam juga kali ya. Bisa ditambah bubuk kayumanis atau vanilla jika suka.

Rasanya
Jujur aja saya sebenarnya nggak pernah doyan sama yang namanya oats. Tapi nekat aja saya beli rolled oats yang 1 kg karena satu-satunya rolled oats yang tersedia di Total Buah Segar saat saya ke sana hanya itu. Overnight oats pertama saya hanya direndam selama 2 jam karena baru dibuat pukul 04:30 dan siantap pukul 06:30. Rasanya kurang bisa saya nikmati. Bisa habis 3/4nya karena tertolong mangga Gedong Gincu aja.
Overnight oats kedua saya diredam sekitar 9 jam dan saya tambahkan dua sendok madu lalu saya beri topping alpukat. Berhasil saya lahap sampai tandas dengan kurang dari 5 menit. Ternyata saya sweet tooth atau orang yang suka makan manis-manis. Madu mengubah rasa oats secara keseluruhan dan membuat saya sangat menikmati oats-nya. Saya yang trauma dengan oats pertama, jadi nagih di percobaan ke-dua. Sekarang jadi penasaran pengen nyoba topping lainnya lagi di percobaan overnight oats selanjutnya.
Saat baru pertama belanja bahan, saya sangat terbantu dari blog Mba Natalia, monggo diklik aja sebagai referensi. Saya agak sedikit membedakan takaran yoghurt dan biji-bijiannya. Bagi yang ingin mencoba, jangan takut bereksperimen. Cobain terus sampai nemu takaran dan toppings yang paling disuka dan bikin lahap saat menyantapnya. 
Overnight oats cocok banget buat yang paginya sering buru-buru. Bisa disantap saat di mobil saat di jalan, di kelas saat hendak kuliah, di kantor atau bahkan di gym. Langsung aja disendok dari mason jar-nya. Malamnya juga nggak ribet-ribet amat kan ternyata cara nyiapinnya? Find your own favorite overight oats recipe. Bisa dijadikan camilan saat siang atau malam juga lho, bebas aja sesuai minat masing-masing. Selamat mencoba! :D

Relaksasi Akhir Pekan di Pulau Bira

$
0
0
(7 minutes reading)

Assalamualaikum,

Gimana weekend kalian? Apakah cukup menyenangkan dan berhasil meluruhkan penat di kepala?Atau barangkali berhasil mengobati hati yang gundah gulana? Sejatinya, liburan bertujuan untuk membuat kita relaks. Namun tak jarang ada yang semakin lelah setelah berlibur. Jika capek yang tersisa ketika menyambut Senin, ada baiknya kita evaluasi mengenai cara kita menghabiskan akhir pekan. Bisa jadi yang kita butuhkan adalah banyak waktu bersantai dan beristirahat. Bukannya bepergian ke tempat yang diingini dengan jadwal penuh dalam itinerary

Ngomong-ngomong soal itinerary, saya baru sekali ikut travel agent untuk liburan. Ini karena saya sedang malas merancang dan mengurus jalan-jalan sendiri. Sudah terpikir repotnya mengajak teman-teman, lalu mengurus segala keperluan liburan kami. Biasanya yang berinisiatif mengajak akan menjadi penanggung jawab atas segala hal terkait perjalanan tersebut. Maka dari itu kemarin saya hanya mengajak salah satu teman saya, Fifi, untuk ikut serta dalam perjalanan yang diselenggarakan Kili Kili Adventure. Berani memilih open trip tersebut karena beberapa teman saya pernah mengikuti trip Kili Kili sebelumnya.
Saya yang pernah melihat eloknya pantai di sepanjang ujung Sumatera Barat dan Fifi yang sudah puas dengan keindahan pantai-pantai di Bali, sangat tidak ambisius untuk memilih tujuan perjalanan. Dengan santainya Fifi mengiyakan saran saya memilih Pulau Tidung yang dulunya sangat terkenal itu. Saya sendiri memilih Tidung karena hanya di situlah ada jadwal sepedaan keliling pulau dalam itinerary-nya. Namun H-2 ternyata kuota ke Tidung di bawah target sehingga kami memilih pindah saja ikut Trip ke Pulau Bira. Ini bukan Tanjung Bira di Sulawesi Selatan lho ya, tapi Pulau Bira di Kepulauan Seribu.

Saat hari H tiba, selepas subuh saya dan Fifi naik motor dari Bintaro. Tiba di Pelabuhan Muara Angke, Fifi baru sadar jika handphone-nya hilang. Saya salut sekali dengan Fifi yang tetap bisa menikmati perjalanan kami meski dilanda musibah pada awal perjalanan. Kami bergegas menuju tempat berkumpul yang sudah ditentukan. Ternyata rombongan tour Bira ini ada 18 orang termasuk kru. Rombongan yang sangat besar menurut ukuran saya yang lebih suka bepergian dengan sedikit partisipan.
Saya tak pernah menyangka akan berjejalan dengan ratusan orang hanya untuk berlibur ke Pulau Seribu. Kapal yang kami tumpangi adalah kapal kayu. Sesampai di kapal kodisinya sudah penuh. Saya dan Fifi memilih duduk di atas, pada bagian depan kapal. Duduk begitu saja pada lantai kayu di spot kosong yang tersisa. Tak ada sandaran bagi kami, carrier dan ransel pun jadi tumpuan punggung. Lalu datanglah Shendy, teman baru kami dalam trip ini. Kami bertiga mengobrol tentang tempat tinggal, riwayat kuliah, asal daerah dan pekerjaan sambil sesekali memakan camilan yang kami bawa. Suasana yang padat, berisik dan kerasnya lantai kayu kapal sedikit terlupakan. Bahkan ternyata di belakang kami ada burung beo yang mahir bicara. Namanya Theo. Sudah dianggap seperti anak sendiri oleh empunya. Keluarga Theo di kapal itu merupakan rombongan besar. Sepertinya lebih dari 20 orang. 

Semakin jauh memasuki lautan, kantuk karena bangun lebih pagi dari biasanya menyergap. Kami mencoba memejamkan mata sambil duduk bersandar di tas masing-masing. Semakin lama kapal semakin bumpy. Ombak sepertinya kian tinggi. Khawatir pusing, saya segera berbaring dan carrier saya jadikan bantal. Lalu saya tertidur. Saat terbangun saya melihat Shendy dan Fifi, keduanya sudah mengikuti saya berbaring dengan berbantal ransel. Di sekitar saya banyak penumpang yang mulai muntah-muntah. Masker di hidung saya rapatkan, mata saya paksa pejamkan lagi supaya tak terpengaruh suara dan bau orang-orang yang muntah. Perjalanan masih dua jam lagi. Beberapa kali saya terbangun karena punggung pegal luar biasa, namun mencoba duduk saja sudah membuat saya mual. Kapal makin tak karuan ditampar ombak kiri kanan, depan belakang. Saya mencoba memejamkan mata lagi. 
Pukul 11 siang kami tiba di Pulau Harapan. Entah siapa pun yang menamai pulau tersebut, saya setuju sekali dengan namanya. Di sana memang muncul harapan baru, lepas dari goncangan ombak. Berharap segera menemukan pulau indah yang dituju. Turun kapal kami melanjutkan perjalanan dengan perahu mesin nelayan menuju Pulau Bira. Di tengah lautan Fifi membicarakan tentang langit yang kelabu, padahal lautan sangat biru. Kami mengira hal itu akibat polusi. Bau solar dari perahu membuat perut saya bergolak. Mau tak mau lagi-lagi saya harus mencoba memejamkan mata. Berat sekali rasanya perjalanan kali ini. Namun jika saya tak bisa menikmatinya maka percuma saja saya sering travelling. Maka saya mencari sudut pandang lain yang jauh lebih positif supaya saya bisa bergembira dan tidak mabok laut.

Pulau Bira sepertinya didesain dengan megah. Namun tak terurus. Terdapat kolam renang yang airnya sekeruh empang. Lalu dua rumah penunggu pulau dan beberapa cottage yang cukup besar. Dari luar cottage-nya terlihat indah namun di dalamnya sedikit pengap. Terutama pada bagian untuk tim cewek. Plafon kamar mandinya sudah menganga. Gerutu beberapa peserta wanita mulai terdengar. Namun ada satu yang berbicara kepada saya bahwasannya kondisi cottage ini tak seperti yang dibayangkan karena pengelolanya kurang menjaga kebersihan, bukan kesalahan pihak Kili Kili. Cara berpikir Mba Rizka yang positif tadi menular kepada saya yang tadinya juga mulai menggerutu dalam hati. Saya mengingat lagi bahwa saya ke sini untuk bersenang-senang, bukan untuk mencari perjalanan yang sempurna. Dengan tersenyum dari dalam hati saya menyantap makan siang lalu bersiap snorkling.
Ada dua spot snorkling di tengah laut yang kami datangi. Keduanya cukup dangkal. Saya tak berani menuju area yang dalam karena tanpa pelampung saya tak jago berenang. Ikan yang ada di spot pertama warnanya cenderung monoton, hitam putih saja. Terumbu karangnya banyak yang mati dan berwarna coklat. Barangkali karena terinjak atau tersentuh pengunjung yang tak mengerti arti penting dan siklus hidup terumbu karang. Sayang sekali. Spot kedua ikannya lebih beragam, bahkan ada ikan badut dan terumbu karang berwarna ungu. Sayang sekali saya membawa pinjaman SJ Cam yang baterainya kosong. Jadi keindahan bawah lautnya tidak bisa saya upload.
Dari lokasi snorkling kami dibawa ke Pulau Gosong. Saya merasa sangat mual dalam perjalanan dari lokasi snorkling ke sini. Saya menepi berusaha muntah. Susah sekali untuk melakukannya tanpa dilihat orang lain. Pulau ini hanya terdiri dari segaris pasir putih saja, sangat kecil tapi ramai sekali. Sejatinya pulau ini adalah favorit saya, putih bersih pasirnya, menyembul di tengah biru lautan. Ingin sekali rasanya mengeluarkan kamera mirrorless dan mengabadikan foto, tapi saya tak sanggup lagi. Setelah akhirnya berhasil muntah dengan pura-pura nyemplung di pantai, saya bisa ikut foto-foto lagi. Tapi bukan dengan kamera saya, jadi lagi-lagi sampai sekarang saya belum punya fotonya.

Itinerary diubah karena kami terlihat sudah kelaparan. Pulau Perak yang sebenarnya akan dituju esok menjadi persinggahan berikutnya. Di sana akhirnya saya bisa ke toilet meski seadanya. Saya nggak bisa pipis di air laut. Jadi rasanya tersiksa sekali menahannya sejak snorkling. Perjalanan menuju toilet seperti di lokasi shooting film The Beach. Di Pulau Perak banyak yang menjual makanan. Saya dan Fifi memesan dua kelapa muda lalu melahap bakwan dan pisang goreng yang saat itu seolah gorengan ter-enak sedunia. Lalu kami menunggu senja, bermain ayunan. Dan menyaksikan matahari bulat sempurna perlahan tenggelam.
Saat di perahu kembali ke Pulau Bira, kami menyaksikan bulatan sempurna lainnya berlawanan arah dengan langit jingga tempat bagaskara bersembunyi. Rupanya ia bulan yang sedang purnama. Kami merasa sangat bahagia dan melupakan segala kesusahan seharian tadi. Pantas saja kapal tadi diterpa gelombang tinggi, rupanya gravitasi bulan purnama-lah penyebabnya.
Bagian yang paling menyita waktu di cottage adalah menunggu giliran mandi. Bayangkan saja ada 10 wanita yang harus berbagi satu kamar mandi. Seru dan sedikit repot. Si kamar mandi yang tadinya membuat risih sepertinya sudah menjadi tempat yang nyaman bagi rombongan kami. Meski basah kuyup, kami tetap harus bersabar menunggu giliran menggunakannya.

Malam itu kami makan sangat lahap. Api unggun dinyalakan oleh kru Kili Kili. Namun kami tak berkumpul di dekatnya. Mungkin wajah lelah kami terlalu kentara sehingga kru meniadakan agenda duduk mengelilingi api unggun. Lama-lama jilatan api padam dan hanya tersisa bara saja. Rasa kantuk menyergap, namun ternyata ada keseruan lain yang menunggu. Kami diminta menerbangkan lampion! Ini pengalaman pertama bagi saya. Peserta yang awalnya ogah-ogahan akhirnya membaur juga ke pinggir laut. Semua gembira dan tertawa. Tak berhenti di situ, setelah masuk ke cottage kami diajak saling berkenalan lagi. Peserta yang tadinya mengantuk mulai membuka mata dan ikut tertawa karena banyak dari mereka yang sudah saling kenal sebelumnya, tak sungkan saling ejek ketika temannya memperkenalkan diri. Hal yang paling berkesan adalah pembicaraan mengenai perjalanan impian. Beberapa mempunyai destinasi impian yang sama. Dari situ kami juga jadi tahu bahwa kru Kili Kili ternyata bekerja kantoran pada Senin-Jumat. Nah, bagi yang suka travelling dan ingin travelling gratis bahkan dibayar, barangkali bisa menjajal untuk masuk kru Kili Kili. Sajian barbeque nikmat di beranda hanya berhasil menggoda saya dengan sebatang sate cumi. Saya langsung menuju alam mimpi, melepas rasa lelah dan kantuk.
Dengan kantung mata sebesar satu siung jeruk, saya dan Fifi berjalan dengan cepat menuju dermaga lain Pulau Bira yang sudah tak dipakai perahu untuk sandar. Kami akan melihat sunrise di sana. Awalnya kami mengira sudah telat karena hari itu mendung. Setelah berfoto banyak-banyak, semburat kuning oranye mulai muncul di ufuk timur. Ternyata kami salah, beruntung sekali pagi itu kami mendapatkan sunrise bulat sempurna. Triple combo bulat sempurna. Sunset, bulan dan sunrise! Terima kasih Bira...
Adegan tunggu menunggu kamar mandi harus terulang pagi ini. Kemudian kami sarapan bersama. Agenda terakhir kami adalah mengunjungi Pulau Papatheo. Tak ada ekspektasi apa-apa di benak saya. Ikuti saja alurnya, demikian yang saya gemakan berulang ulang di pikiran. 

Saya beranggapan bahwa tadinya Pulau Papatheo juga sangat megah. Bagian depan pulaunya dibangun sedemikian rupa menyerupai kolam renang yang langsung berbatasan dengan pantai. Pengunjung di sana hanya kami. Matahari yang cerah dan air laut bening, sempurna. Saya bahkan berlari-lari di pasir pantai yang katanya bagus untuk detoks. Sungguh penutup perjalanan yng sangat manis.
Pada perjalanan pulang, gelombang di lautan tak lagi tinggi. Saya, Fifi dan Shendy kembali satu tim di kapal. Kali ini kami berhasil tertidur pulas sepanjang perjalanan meskipun duduk ngemper karena kehabisan kursi lagi. Bisa jadi tidur nyenyak itu dipersembahkan oleh antimo. Begitulah kami menghabiskan akhir pekan di penghujung Agustus 2015. Bagian yang paling memerlukan perjuangan adalah 3 jam perjalanan di kapal. Kami berpisah dan bersalaman seperti awal bertemu di Pelabuhan Muara Angke. Kenal banyak keseharian dari teman baru yang beragam, membuat saya lebih semangat menjalani path saya saat ini.

Pada akhirnya hal terpenting adalah bukan seberapa sering kita travelling, namun bagaimana kita semakin bijak dalam menyikapi kejadian-kejadian yang menimpa dalam perjalan. Kemudian membentuk memori manis yang akan tersimpan dalam otak kita. Untuk kembali pada realita keseharian yang bisa kita jalani dengan gembira:)

Kembali ke Alam Sambil Menyusuri Goa Horizontal di Buniayu, Sukabumi

$
0
0
Ketika liburan akhir semester tiba, beberapa teman di kelas saya mengajak susur goa di Sukabumi. Sudah lama sekali rasanya tidak menyusuri goa beneran. Di Sumbar memang saya sering ke Goa Jepang di Ngarai Sianok, Bukittinggi. Saya juga pernah ke Lobang Mbah Suro di Sawahlunto. Rasa was-was akan hal-hal horor karena tersugesti cerita tragis pembangunannya menghinggapi ketika di dalam goa. Keduanya memang bukan goa alami. Lain halnya dengan susur Goa Seplawan yang pernah saya ikuti dengan teman-teman pecinta alam SMA dulu di Purworejo, goanya alami bentukan alam. Digenangi air dan kita harus merambat menyusurinya. Di beberapa bagian dindingnya yang tinggi terdapat huruf Pallawa. Nuansa magis dan sensasi petualangan itulah yang mengundang kerinduan saya untuk menjajalnya lagi.

Kawasan goa yang ditawarkan teman saya ada di Buniayu. Istimewanya di sana memiliki dua goa untuk disusuri. Jadi sekali dayung dapat dua goa. Goanya ada yang horizontal sebagaimana goa lainnya, dan juga goa vertikal. Kebayang nggak gimana cara menyusuri goa vertikal? Khusus mengenai petualangan di goa vertikal akan saya post tersendiri setelah ini. 

Akomodasi ke Sukabumi bisa dibilang cukup mudah. Kami naik Commuter Line dari Stasiun Pondok Ranji hingga Stasiun Bogor. Lalu menyeberang menuju Stasiun Bogor Paledang, tempat pemberangkatan Kereta Api Pangrango jurusan Bogor-Sukabumi yang akan kami tumpangi. Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam. Kami tidur untuk menyimpan tenaga karena di hari pertama ini kami sudah akan menyusuri goa horizontal. Dari Stasiun Sukabumi naik angkot ke Termial Jubleg. Angkotnya berwarna hitam dan kata Pak Supirnya dinamakan angkot nehi (negara hitam). Dari Jubleg kami naik angkot lagi yang berwarna silver untuk menuju Buniayu.

Di angkot silver kami bertemu dengan seorang kakek yang sederhana dan sangat polos. Khas sunda seperti yang biasanya digambarkan pada film-film Indonesia. Kakek ini harus sambung menyambung naik angkot lalu dilanjutkan ojek untuk menuju pasar yang dekat dengan tempat tinggalnya demi berjualan. Tadi beliau kulakan di Sukabumi. Kakek ini hanya perlu menafkahi dirinya sendiri saja, anaknya sudah merantau dan bekerja. Si kakek hanya bercerita sebentar dengan Bahasa Sunda tulen yang hanya bisa sedikit saya mengerti karena beliau sepertinya tidak bisa Bahasa Indonesia. Tapi apa yang beliau ceritakan menempel di kepala saya. Beliau mengingatkan saya akan betapa mudahnya hidup saya, sehingga semestinya saya bisa lebih bersyukur dan menikmatinya. Angkot silver ini akan ngetem sangat lama untuk menunggu penumpang penuh. Jika belum penuh si sopir enggan beranjak. Perjalanan angkot silver memakan waktu 45 menit. Melewati jalanan berliku yang menanjak dan bergeronjal, dengan bukit gersang menghiasi perjalanan. Antimo akan berguna bagi yang mudah mabok pada perjalanan darat.

Rupanya banyak orang Sukabumi yang tidak tahu menahu mengenai Wisata Goa Buniayu. Jadi sebaiknya matangkan persiapan sebelum berangkat. Terutama mengenai transportasi apa saja yang akan ditempuh. Sesampai di lokasi tentu semua menjadi mudah. Karena kami sudah mengambil paket wisata dari pengelola kawasan tersebut. Sedikit informasi, Goa Buniayu termasuk dalam area yang dikelola PT. Perhutani. Nah, wisata Goa Buniayu sendiri pengelolaannya biasanya diserahkan pada pihak ketiga. Namun saat kami ke sana kebetulan kontrak dengan pihak perusahaan yang lama telah habis. Semoga pengelola yang baru dapat mengoptimalkan potensi yang ada tanpa merusak ekosistem.
Memasuki gapura Kawasan Wisata Goa Buniayu seperti masuk ke hutan. Sepi sekali. Bunyi serangga menjadi sountrack perjalanan kami. Wuyung si penanggung jawab perjalanan merasa tertipu karena mengira kami akan dijemput mobil pick up di gerbang tadi. Padahal sebenarnya memang tidak disediakan akomodasi dari pihak Goa Buniayu. Dalam perjalanan di jalan batu yang dikelilingi tanaman karet dan pinus, sesekali ada motor lewat. Terlihat Bapak /Ibu membonceng anak dengan pakaian seragam sekolah. Kami cukup heran dan membicarakan mengenai kemungkinan ada tidaknya rumah di dalam hutan sana.
Ketika kami menemukan rumah pertama di dalam hutan, Wuyung menelfon Kang Gareng (guide kami) untuk bertanya apakah kami masih harus berjalan lagi. Kami semua merasa lelah. Ternyata Kang Gareng hanya berada 200 meter di depan kami. Sisa tenaga yang ada segera kami manfaatkan untuk bergegas ke sana. Kaki Kang Gareng sedang bengkak, "keseleo main bola tujuh belasan kemarin," ujarnya. Saya menduga mungkin kami tidak dijemput di gerbang karena Kang Garengnya sedang susah jalan.

Di dalam hutan pada area yang menyembul tinggi tempat kami berada, banyak sekali bebatuan yang sepertinya batuan dari dalam laut. Ternyata area yang kami datangi dulunya merupakan dasar laut. Seram juga membayangkan perbukitan ini dulunya digenang air laut. Sungguh Allah Maha Kuasa.
Udara di sini sudah berbeda sekali dengan di jalanan berbatu tadi. Sejuk sekali rasanya. Saya jadi sedikit mengantuk. Kang Gareng tahu sekali bahwa kami butuh penyegaran. Tiba-tiba saja muncul seorang Ibu yang membawa sebuah nampan dan teko berukuran sedang. Ternyata isinya bakwan dan pisang goreng, serta teh manis hangat. Kami sangat antusias menandaskannya sambil mendengarkan cerita Kang Gareng tentang kawasan ini. Suasana yang nyaman di teras gubug membuat saya merasa rileks dan damai. Kantuk kian menyergap. Di samping kiri gubug kami ada warung. Di samping kanan depan ada gubug lain yang lebih besar lalu di belakangnya ada 3 toilet dan 2 kamar mandi. Seratus meter dari teras gubug ini ada wahana permainan. Belakang gubug adalah jurang yang berupa area persawahan. Selain gubug, ada area perkemahan permanen dengan kapasitas 4 orang. Sebenarnya lucu juga di situ, tapi kami lebih suka gubug kami, karena lebih leluasa untuk bergerak. Seusai izin sholat dzuhur duluan, saya menjadi orang pertama yang bersiap tidur siang. Tentu saya langsung diledek Kang Gareng, "Udah segitu doang mau tidur aja?". Saya hanya tertawa lalu segera menyamankan diri untuk tidur siang karena saya sudah menguap terus-terusan. Teman-teman saya yang lain sibuk berfoto dan merekam video.

Ketika saya bangun tidur teman-teman sedang bergiliran sholat ashar. Sudah ditunggu Kang Gareng dan pemandu lain (karena Kang Gareng tidak mungkin susur goa dengan kaki bengkak). Saya lupa nama beliau. Kami diminta mengenakan boots. Tak lupa saya bawa headlamp yang sudah saya pinjam dari teman. Kagok sekali rasanya menuruni tangga curam dengan boots yang agak berat.

Kami berdoa dulu sebelum masuk goa horizontal. Dalam hati saya sedikit cemas, khawatir tidak kuat menyusuri goanya. Malu juga sih kalau sampai nggak kuat, hehe. Bapak pemandu kami menggunakan lampu yang berbahan spirtus. Saya kurang suka baunya, jadi saya berusaha tidak berada dibelakang si Bapak persis karena hidung saya gampang mampet. Beliau menjelaskan ornamen-ornamen goa yang ada dan mempersilakan kami foto pada ornamen yang unik atau besar. Bahkan si Bapak menyarankan pose-pose tertentu pada kami. Duh, kayaknya selain jadi pemandu goa beliau cocok jadi pengarah gaya. Kami berfoto bergantian di kanopi yang besar. Di dalam goa ada tempat duduk dan meja yang bentuknya alakadarnya tapi kelihatan tidak alami. Terlihat dibuat dari semen. Ternyata itu bekas properti shooting Si Buta dari Goa Hantu, itu lho serial TV yang dulu sempat ngetop entah tahun berapa. Ada yang menonton?
Area ekstrim di Goa Horizontal ini tidak banyak. Hanya ada satu bagian yang mengharuskan kami merunduk sepanjang sekitar 80 meter. Kami cukup bersenang-senang saat menyusuri Goa Horizontal ini. Melihat-lihat stalaktit, stalakmit, kolom, gourdam dan kanopi. Kami memanggil kembali ingatan nama-nama ornamen goa yang sudah mulai menghilang dari ingatan. Jadi sedikit belajar geologi. Goanya tidak terlalu panjang, jadi kami tidak terlalu kelelahan. Hanya sekitar 30 menit waktu yang dihabiskan di dalam goa. Bagian yang perlu perjuangan justru turunan untuk sampai ke mulut goa dan tanjakan untuk kembali ke permukaan. Bapak pemandu kami memunguti sampah yang beliau temukan di dalam goa. Sedih ya tiap kali ada yang buang sampah sembarangan di areal wisata alam. Dalam perjalanan kembali menaiki anak tangga untuk menuju gubug, kami bertemu beberapa warga lokal yang hendak masuk Goa Horizontal juga. Mereka membawa beberapa kantong plastik. Saya berpikir untuk apa ya makan jajanan di dalam goa yang gelap dan tidak memerlukan waktu tempuh yang lama. Semoga mereka tidak membuang sampah sembarangan di sana.

Sepulang dari goa kami kelaparan sehingga meminta jadwal makan malam dimajukan. Kang Gareng dengan sigap merespons. Kami menunggu makanan sambil bermain-main di wahana permainan outdoor dekat gubug.
Beberapa saat kemudian datanglah Ibu-Ibu yang mengantarkan makan malam kami. Sajian yang sangat melimpah. Ada sop panas, ayam goreng, tahu tempe goreng, teri kacang, sambal dan lalapan khas sunda juga kerupuk. Kami semua makan dengan sangat lahap.
Biasanya saat naik gunung saya tidak mandi dengan alasan tidak mau membuat sumber air tercemar deterjen, plus karena nggak kuat dingin. Kali ini saya terpaksa mandi karena baru susur goa. Guyuran pertama sudah membuat saya menggigil dan memutuskan tidak akan sanggup lagi sikat gigi serta cuci muka sebelum tidur. Selepas sholat isya saya tak mau lagi kena air. Saat saya dan Fifi (ya, partner cewek yang sama dengan perjalanan saya sebelumnya di Pulau Bira) hendak tertidur, kami dipanggil tim cowok bahwa api unggun telah siap. Seru sekali bakar membakar singkong di api unggun. Singkong di sana saat itu kecil-kecil karena sedang kemarau. Matangnya lama dan tidak terlalu empuk meski sudah terbakar sempurna. Kata Kang Gareng, mereka banyak menanam singkong sekalian untuk memberi makan monyet liar yang sering mampir di sekitar perumahan warga di sana. Saat kami menikmati hangatnya bara api unggun, terdengar keramaian dari gubug sebelah. Rupanya Kang Gareng mengajak anak-anak tetangganya bermain playstation. Ganjil sekali rasanya ada yang main PS di pinggiran hutan begini. Sepertinya mereka diajak Kang Gareng untuk berbagi kebahagiaan karena sedang ada tamu di sana, yakni kami. Sejak makan sore hingga saat bakar-bakaran ini kami ditemani oleh anjing milik warga sekitar. Anjingnya jinak, mereka datang begantian seolah giliran menjaga kami. Salah satu anjing itu bahkan takut dengan kucing, lucu sekali.
Menyadari esok kami harus bangun pagi demi menyusuri Goa Vertikal, maka kami segera memadamkan api dan bersiap tidur. Saya tadinya khawatir akan nyamuk, tapi ternyata tak ada. Sleeping bag juga tak perlu di bawa karena kasur yang disediakan kondisinya sangat baik lengkap dengan selimut dobel. Malam itu kami semua tidur nyenyak karena merasa damai dekat dengan alam.
Tempat ini sangat cocok sekali untuk siapa saja yang merasa penat dengan keramaian dan kesibukan di kota besar. Masih sepi dan sangat damai. Listrik dan air besih serta toilet dan kamar mandinya cukup memadai. Bagi yang merasa berat untuk naik gunung, atau barangkali sudah bosan dengan pantai yang makin ramai, tak ada salahnya menikmati wisata goa di heningnya Buniayu. Dekat dengan alam akan membuat siapapun merasa bahagia :)

Nantikan cerita seru kami di Goa Vertikal pada post berikutnya ya...

Jelajah Goa Vertikal Buniayu, Sukabumi

$
0
0
Entah karena dekat sekali dengan alam, karena kesederhanaan warga sekitar, atau masakannya Ibu-Ibu kateringnya Kang Gareng emang enak banget, saat-saat makan di Buniayu menjadi waktu yang sangat menyenangkan. Kami akan mengambil makanan banyak-banyak dan segera menghabiskannya. Apalagi selalu disediakan teh tawar hangat sebagai pasangan makan besar. Pas dan mantap untuk dinikmati di udara sejuk. Sarapan pagi kami khusyuk sekali, masing-masing sibuk mengunyah suapan demi suapan hingga makanan di piring tandas. Pagi ini spesial, saya senang sekali karena tak harus mandi di udara dingin. Mau susur goa, jadi ngapain mandi dulu. Alasan yang tidak terbantahkan. Sikat gigi, cuci muka dan pakai sunblock sudah cukup untuk persiapan kegiatan seharian. 
Kami harus menggunakan boots, helm, wearpack dan harnes untuk menyusuri goa hari ini. Kata Kang Gareng sih dijamin wearpack-nya bakalan robek, medannya yang berat. Saya menepis pikiran-pikiran yang hendak muncul di kepala tentang penyebab-penyebab wearpack pasti robek. Seperti biasa, berusaha mengikuti alur. Kami berjalan kaki untuk menuju lobang goa vertikal. Goa ini hanya bisa dimasuki dengan repling. Tim Kang Gareng sudah menyediakan alat yang mumpuni dari Perhutani sehingga dijamin aman. Bapak Pemandu tiba-tiba mengumpulkan kami dengan mimik wajah serius dan tutur kata yang tertata pelan. Amin kelihatan tegang melihat tindakan si Bapak. Saya was-was. Kami diajak berdoa bersama. Lalu Pak Pemandu minta maaf karena katanya akan banyak bercanda di bawah sana nanti. Saya agak bingung kenapa beliau meminta maaf untuk hal yang belum dilakukan. 

Bawa Gadget?
Saya tidak menyarankan membawa kamera tanpa alat pelindung seperti yang digunakan untuk foto underwater. Apalagi hp. Akan terbentur-bentur dan terkena air serta lumpur. Berdasar pengalaman kami kemarin, SJcam sangat bermanfaat untuk digunakan mengabadikan momen langka di dalam goa.

Repling untuk Masuk ke Goa
Saya menjadi orang ke-dua yang turun ke dasar goa setelah Wuyung. Deg-degan rasanya turun di kedalaman 20 meter di perut bumi. Meski sudah lama tidak repling, entah kenapa saya tak merasa takut. Justru takutnya sama kegelapan goa. Pak Pemandu siap menyambut kami yang turun ke dasar goa satu per satu dan segera melepas hernes yang kami pakai supaya segera dikerek ke atas lagi. Kami tak perlu memakainya lagi, hernes akan sangat menghambat langkah nantinya.

Ornamen Goa dan Markas Kelelawar
Ornamen di dalam Goa Vertikal ini jauh lebih unik dibandingkan Goa Horizontal kemarin. Bahkan ada stalakmit yang persis sekali dengan bentuk organ intim pria (kata Pak Pemandu, yang cewek sih nggak boleh lihat). Selain itu banyak sekali gorden-gorden berhiaskan kristal. Kanopi yang kemarin cuma ada sedikit di Goa Horizontal, kini tak terhitung banyaknya di Goa Vertikal. Jangan sentuh semua ornamen goa itu ya, karena bentuknya bisa berubah jika kita menyentuhnya. Atau bahkan bisa mati. Pertumbuhan mereka sangat amat lambat. Per tahunnya hanya beberapa milimeter saja.
Rekahan sumber air

Medan pertama yang kami lalui masih mirip dengan Goa Horizontal kemarin. Masih berlantai batuan. Lama-lama ada bagian yang tergenang air yang harus kami lewati. Lalu kami bertemu dengan jamur istimewa yang baru ditemui Pak Pemandu sekali itu padahal beliau sudah bertahun-tahun di sana. Kami jadi merasa istimewa. Semakin masuk ke dalam, ada area yang sangat berisik karena di bawahnya terdapat sumber air. Kami diperlihatkan air terjun di bawah goa yang terlihat dari celah lantai goa yang menganga. Selain itu beberapa markas kelelawar harus kami lewati. Pak Pemandu selalu mengecilkan lampunya jika melewati area tempat tinggal kelelawar, beliau pun berujar maaf kepada para kelelawar. Minta maaf karena sudah mengganggu tidur mereka. Saya mendongak ke atas dengan mematikan senter. Banyak sekali kelelawar bergelantungan di atas. Beberapa markas harus kami ganggu. Mereka biasanya tak hanya di atap goa saja, tapi juga bergelantungan di dinding goa. Gara-gara kami datang, mereka semua naik ke atas. Semoga tak ada Batman yang muncul dengan marah karena kawannya terganggu.
jamur langka
Persiapan yang Matang dan Keahlian Khusus Diperlukan untuk Menyusuri Goa Vertikal
Tanpa di sangka-sangka, area berlumpur mulai muncul. Kami harus melewatinya. Ada medan ekstrim yang harus meggunakan tali. Kemampuan memasang carmantel di medan berat harus dimiliki bagi siapa saja yang kemari. Pemandu kami terlihat sudah sangat ahli memasangnya beberapa kali. Kami harus bergiliran satu per satu melewatinya sambil menunggu instruksi Pak Pemandu. Punggung harus dimantapkan sandarannya ke sandaran berlumpur, kaki harus menginjak bagian yang ditunjukkan. Jika ada teman kami yang tak bisa, maka akan segera dibantu beliau. Saya bersyukur teman seperjalanan kami baik semua. Tak ada yang rewel saat medan mulai berat. Meski senter teman kami Rio sudah rusak total kena lumpur, Rosy dan Amin membantu menyinari jalan yang akan dilewati Rio dari depan dan belakangnya. Saya sempat khawatir Fifi akan mengeluh tentang track berat goa ini, namun alhamdulillah Fifi tangguh sekali.
Jika area berair harus kami lewati lagi, maka kami akan mencuci lumpur yang masuk ke boots. Saat jalanan mulai agak kering, kami mengeluarkan air yang masuk ke boots. Begitu terus berulang-ulang. Tak terasa sudah 1 jam kami di dalam goa. Perjalanan masih dua jam lagi. Kacamata saya sudah mulai blur karena terkena tangan saya yang terus menerus menyeka keringat di jidat, padahal tangan saya penuh lumpur karena bekas berpegangan pada lantai lumpur saat merambat. Genangan air terdalam yang harus kami lewati sekitar sepaha saya saja. Jadi masih aman. Mungkin ini karena sedang musim kemarau. Jika musim penghujan debit air akan lebih besar.

Lumpur yang Menelan Boots
Saat medan berlumpur mulai semakin banyak dan bahkan ketika diinjak semakin dalam, boots Fifi tertinggal di dalam lumpur. Rio yang di belakang Fifi mencoba mengambilkan boots Fifi namun malah menemukan boots lain. Mungkin itu milik peserta susur goa terdahulu yang tidak bisa lagi menyelamatkan boots-nya. Langkah terasa semakin berat saja. Air minum kami sudah hampir habis. Saya berpikir ngapain sih saya susah-susah menyusuri goa begini. Lalu saya tersenyum sendiri dan berkata pada diri saya bahwasannya saya travelling kan untuk membangkitkan kesadaran. Supaya saya lebih bersyukur pada keseharian saya. 

Semangat yang mulai pudar kemudian terisi kembali. Meski kedalaman lumpur sudah selutut dan boots sudah saya gotong di pundak, saya terus melangkah dengan semangat. Bahkan lagkah saya sampai bunyi blurrp bluurp bluurp karena saking antusiasnya. Pak Pemandu dan Wuyung sudah berhenti di salah satu sisi yang tak berlumpur. Menunggu teman-teman lain sampai situ dulu. Saya mulai curiga sama si Bapak. Beliau lagi-lagi mengumpulkan kami dalam lingkaran dan berbicara dengan tertata. Ada apa lagi ya...

"Jadi sekarang kita sudah sampai sini, jalan di depan buntu." katanya. Kami semua kompak berkata "haaa" dengan lemas dan sorot mata nanar. Lalu si Bapak berkata lagi "Karena saya cuma membantu Kang Gareng, jadi saya membawa teman-teman semua ke sini atas arahan Kang Gareng. Katanya supaya ada kesan tersendiri tentang susahnya susur goa bagi teman-teman." Alamak! Kami semua tertawa lalu mengikuti si Bapak yang sangat lincah melompat lompat kembali ke jalan yang benar. Hahaha. Kami dibelakangnya sih nggak lincah, ngos-ngosan dan  tergopoh-gopoh mencoba mengikutinya.

Kegelapan Abadi
Zona goa berlantai batuan keras dengan sedikit air muncul lagi. Kami diminta beristirahat di sana. Si Bapak mematikan lampu spiritusnya sambil mengobrol galor ngidul dan merokok. Katanya seru kalau bawa kompor, bisa rebus-rebus air untuk seduh teh atau kopi dulu. Sayangnya kami turis yang sangat sederhana, hanya membawa aqua saja. 

Si Bapak meminta kami mematikan semua senter. Lalu kami diminta memejamkan mata, membukanya sekejap untuk menikmati kegelapan abadi di dalam goa. Menyadari Agungnya Sang Maha Kuasa dan betapa kecilnya kita. Tiga menit dalam kegelapan abadi di perut bumi sangat berkesan. Rasanya kami benar-benar tak berdaya dan tak bisa berbuat apa-apa. Katanya jika manusia berada dalam kegelapan abadi selama 30 menit, lama-lama ia bisa kurang waras dan menjadi gila.

Bertemu Penghuni Goa
Waktu kami di dalam goa masih sekitar satu jam lagi. Area yang kami lewati berair jernih. Ada udang dan ikan goa yang transparan. Mereka tak pernah terkena cahaya matahari jadi warnanya benar-benar bening transparan. Ada juga jangkrik goa yang kakinya panjang-panjang. Mereka sepertinya tak punya mata karena tak ada cahaya di dalam sana. 

Namun kebahagian kami karena menemukan makhluk-makhluk goa tak berlangsung lama. Kami diminta berhenti lagi. Saya berusaha tidak curiga dengan keusilan si Bapak. Beliau sangat baik. Bahkan tadi menggunakan paha beliau untuk tumpuan kami naik ke area yang tinggi. Kali ini beliau menunjukkan lekukan yang ada beberapa rongganya. Setelah pengantar yang agak panjang, katanya kami diminta untuk menaiki rogga itu supaya bisa kembali ke mulut goa. Wuyung heboh, yang lain cuma bilang "Hah! Serius?!" Saya sendiri cuma curiga tapi yakin masih bisa menapakinya. Lalu si Bapak tiba-tiba berseloroh," Saya sendiri sudah bertahun-tahun sering menyusuri goa ini, namun belum pernah melewati rongga itu." Wuyung makin melongo, yang lainnya kebingungan. Saya datar aja pasrah, terserah aja lah mau lewat mana. Si Bapak lalu menepuk pundak Wuyung, "Jangan serius-serius amat Kang. Ayo kita lewat tangga bambu di sebelah sini." Hahaha. Lagi-lagi semua ditipu si Bapak. Kami tertawa. Kata Si Bapak biasanya ada tangga besi di situ tapi sudah rusak. Jadi sementara pakai tangga bambu ini. Saya menjadi pendaki tangga bambu yang pertama. Saya tak peduli betapa curamnya tangga yang harus saya daki. Tingginya kira-kira 12 meter. Pokoknya ingin segera sampai saja rasanya. Boots masih saya bopong di pundak sambil tertatih menaiki anak tangga. 

Cahaya yang Mengundang Senyum
Energi kian tipis. Saya duduk terkapar menunggu semuanya naik satu per satu. Lalu Pak Pemandu menunjukkan jalan yang harus dilewati. Katanya masih jauh. Jalannya menanjak cukup curam. Saya di belakang Wuyung dan Fifi. Saya tak melihat ke atas karena khawatir cepat lelah. Tiba-tiba Wuyung dan Fifi berteriak. "Mulut goanya sudah kelihatan!" Saya tanya mereka tahu dari mana kalu sudah hampir sampai mulut goa. Mereka berkata dengan kompak,"Ada cahaya dari atas!" Seulas senyum mengembang di bibir saya. Sambil merayap karena dengkul sudah mulai goyah, saya ingin segera menyusul mereka. Semua energi tersisa saya kerahkan agar segera sampai keluar goa. Begitu tiba di permukaan saya sudah menemukan Fifi dan Wuyung yang terkapar tak berdaya. 
Setelah itu kami berjalan menuju pickup dan dibawa ke Air Terjun/Curug Bibijilan yang debit airnya sedang kurang. Lokasi yang cantik sekali. Namun dibutuhkan perjuangan untuk turun ke sana. Kami mencuci boots dan wearpack di situ, tentu tanpa deterjen. Sekadar menghilangkan lumpurnya saja. Lalu kami bermain air sepuasnya. 
nyuci Buuk...
Pulang dari air terjun, kami bertemu dengan monyet liar. Mereka kehabisan makanan di dalam hutan sehingga masuk ke pemukiman berharap diberi buah dan singkong oleh warga. Di dekat mushola ada tempat khusus untuk upeti si monyet. Dikumpulkan oleh warga dengan seikhlasnya. Biasanya diisi singkong. Monyetnya baik, tidak menggangu sama sekali. Kami bergegas dari distraksi monyet, segera mandi dan makan siang. Lalu packing dan bersiap berjalan kaki kembali ke jalan raya. Semoga kami masih bisa naik kereta pukul 15:00.

Setelah berpamitan dan berfoto dengan Kang Gareng, kami beranjak pergi menjauh dari pemukiman di dalam hutan itu. Sekitar 20 menit kami memunggu angkot silver. Kali ini supirnya menawarkan mengantar langsung ke stasiun hanya dengan membayar Rp 20.000 saja per orang. Tentu kami iyakan dengan gembira. Kami memang sengaja belum membeli tiket kembali ke Bogor karena khawatir tidak dapat mengejar jadwal kereta. Namun berkat tawaran Pak Supir yang baik, kami punya sisa waktu satu jam di stasiun. 
turun dan nunggu angkot lagi selalu di sini :p

Istimewa
Biasanya goa memiliki satu jenis medan saja. Jika ia berair maka keseluruhan goa akan berlantai cukup keras dan digenangi air. Jika goa tersebut berlumpur maka secara keseluruhan akan berlumpur. Uniknya goa vertikal ini memiliki keduanya. Pengalaman pertama bagi saya menemukan jenis goa seperti ini. 

Kesederhanaan dan Kebahagiaan
Di dalam hutan Buniayu, kami melihat keseharian penduduknya yang sederhana dan bersahaja. Meski begitu, mereka memfokuskan hidupnya untuk membangun rumah yang layak bagi keluarganya serta untuk pendidikan anaknya. Di musim kemarau seperti ini mereka sepertinya sedang agak susah. Namun senyum di wajah mereka tak pernah pudar. Kami diigatkan kembali tentang hidup sederhana selaras dengan alam dan kebahagiaan yang terpancar dari senyum di wajah-wajah mereka yang mensyukuri kesehariannya. 
Lega sudah naik Commuter Line lagi...

Contact Person
Untuk mengambil paket seperti kami silakan menghubungi Kang Gareng 085759549615.
Biaya paket all in seperti yang saya ceritakan sejak post Goa Horizontal adalah Rp 400rb/orang.
Iseng saya googling sepertinya ini paket termurah karena dari pengelolanya langsung. Biasanya via jasa agen wisata akan ada perbedaan harga sedikit. Kang Gareng memberdayakan warga sekitarnya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada para tamu. Paket yang diambil tidak harus sama persis seperti kami juga boleh. Lumayan membantu ekonomi warga sekitar yang sepertinya bekerja sebagai petani plasma dan penjaga hutan perhutani.

How to Get There & The Costs
Paket wisata Goa Vertikal dan Horizontal Buniayu Rp 400.000 (include 2x makan siang, 1x sarapan dan 1x makan malam. Bonus welcome snack and drink: gorengan dan teh manis hangat :D)
Bintaro-Bogor PP via Commuter Line 
Bogor-Sukabumi PP Kereta Api Pangrango (Tiket kelas ekonomi Rp 20.000, eksekutif Rp 50.000)
Angkot Stasiun ke Terminal Jubleg Rp 5000
Angkot dari Terminal Jubleg ke Buniayu Rp 12.000
Angkot dari Buniayu langsung ke Stasiun Sukabumi Rp 20.000

Salam :)

Jangan lupa baca post terkait tentang Goa Horizontal Buniayu

The Icon 05 of Bintaro

$
0
0
Jadi Icon 05 ini bukan nama area residensial ataupun apartemen lho ya. Icon 05 merupakan nama sebuah tempat ngopi sekaligus resto yang berlokasi di Sektor V Bintaro. 
Saya masih ingat waktu itu h-3 Ramadahan kemarin. Ada jajaran karangan bunga yang mencolok. Isinya mengenai ucapan selamat atas opening Icon 05 Coffee and Resto. Tadinya saya meragukan perkembangan popularitas cafe ini karena openingnya aja pas mau bulan puasa.

Dua minggu kemudian rasanya saya pengen ke sana. Ikut penasaran karena  beberapa teman saya sudah mencoba icip-icip ngupi di Icon 05, katanya tempatnya enak. Maka ketika saya sedang tidak puasa, dan kebetulan teman-teman dekat saya kolom agama di KTP-nya bukan Islam, hampir tiap sore (selama saya tidak puasa), kami pasti di sana. Ngabuburit di cafe gitu ceritanya... Saat itu tempat ini sudah mulai disukai anak gahul Bintaro dan sekitarnya.
Cappuccino awalnya disajikan dengan biskuit
Tak lama kemudian, Icon 05 jadi tempat yang sangat sering saya kunjungi. Tentu karena lokasinya yang hanya berada di seberang kampus STAN. Juga karena dekat dengan tempat tinggal saya. Alasan lain kenapa dengan singkat jadi tempat favorit saya adalah karena minuman dan makanannya enak-enak. Tempatnya nyaman dan semua pihak di Icon 05 ramah. Jadi berasa disambut. Harga minumannya juga cukup terjangkau. Capuccino dan kawan-kawannya ditawarkan dalam harga 20k. Lalu latte-latte 30 k.

Cappuccino dan teman sebelahnya yang saya lupa namanya
Green Tea Latte dan Cappuccino
Hot Chocolate
Kalau ini minuman dingin yang sangat menyegarkan, namanya Blue Sky. Kalau ke sini dalam keadaan haus bandel, maka jangan ragu pesan Blue Ocean saja. (35k) 
Seorang teman yang pernah bertugas 3 tahun lebih di Bulukumba, Sulawesi Selatan menyatakan Coto Makassarnya enak, maka saya mencobanya. Emang beneran memuaskan lidah dan perut. Porsinya cukup besar. Daging coto di Icon 05 disajikan tipis-tipis, didampingi dengan irisan ketupat. Sepulang dari Bali bulan lalu, saya juga sempat memesan nasi bali karena harganya merupakan harga makanan berat termurah, 28k. Haha... Cita rasa Balinya masih terasa.

Coto Makasar (35k) dengan Ice Vanilla Latte (30k)
Nasi Campur khas Bali (28k), Ice Hazelnut Latte (30k)
Di lain waktu ketika saya sedang ngumpul dengan teman-teman SMA, ternyata teman saya kenal dengan pengelola Icon 05. Namanya Emil. Masih muda banget tapi udah ngerti gimana berbisnis. Emil ini ramah, suka nyamperin pelanggan yang ia kenal. Atau kadang juga yang belum ia kenal. Asalkan terlihat friendly untuk diajaknya mengobrol dan duduk bareng, tentu akan dihampirinya. Biasanya ia suka membicarakan bagaimana pelayanan di Icon 05 apakah sudah baik, makanannya enak apa tidak. Bahkan ketika ada live music ketika diminta nyanyi oleh teman-temanya, ia pun ikut nyanyi. Dari Emil inilah saya jadi tahu jika salah satu chef di Icon 05 adalah mantan koki Sultan Brunei. Maka jika sedang lapar sekali ketika ke sini, cobain deh Nasi Briyaninya. Enaaak, porsinya banyak banget. Bisa untuk berdua. Saya juga mencicipi Nasi Kebuli punya teman saya, gurihnya pas. Porsinya juga raksasa. Makanan di sini diclaim no MSG.

Waktu itu Emil merekomendasikan supaya kami mencoba menu yang baru akan dilaunching. Namanya Icon 05 Waffle, di dalamnya ada ovomaltin sama krim strawberry. Di atasnya dilengkapi dengan ice cream. Duh rasanya luar biasa enaknya. Luarnya gurih, dalamnya lembut. Mana es krimnya enak. Waffle yang lebih mihil yang pernah saya cobain lewat deh. Tergantikan sama yang ini. Teknik masaknya pas bener. Waktu itu belum dipublish harganya jadi saya kurang tahu berapa. Sekarang sih waffle ini udah bisa diorder kapan aja. Silakan dicoba, range harganya kayaknya sih masih under 50k ya.
Ingin melihat bagaimana chef-chef tadi menyiapkan sajian atau bagaimana barista meracik kopinya? Bisa banget. Open kitchen ada di lantai bawah, sedangkan barista ada di lantai atas. Dipilih saja Kakak, mau lihat yang mana. Jalan-jalan naik turun atas bawah juga nggak bakal dimarahin kok. Hihi.
Open Kitchen
Tiap Jumat dan Sabtu malam ada live music. Nah, saat-saat ini biasanya banyak ABG yang suka nongkrong di sana. Jadi jika teman-teman lebih menyukai suasana cafe yang tenang, lebih baik datang di malam lain. Atau siang hari saja, seperti kebiasaan saya dan teman-teman. Tempat ini sering sekali dibooking untuk acara ulang tahun. Biasanya pihak yang berulang tahun mem-booking seluruh lantai dua. Pelanggan reguler masih bisa duduk-duduk di lantai bawah. Namun di situ merupakan area dilarang merokok.
Emil ikutan nyanyi, diiringi band pengisi live musicnya Icon 05
Wifi? Ada kok. Selama ini saya belum pernah mengalami kendala log in atau kendala koneksi jika menggunaka Wifi Icon 05. Tanyakan kepada Mas dan Mbak yang melayani teman-teman, mereka akan dengan ramah atau bahkan sambil bercanda memberikan password wifinya :D

Icon 05 juga sangat fotogenic lho. Di tiap dinding dan bahkan tembok pagar depannya dipenuhi gambar mural. Kata Emil butuh waktu 3 hari khusus untuk menyelesaikan semua gambar-gambar itu. Sampai saat ini Icon 05 masih jadi tempat favorit saya, meskipun kondisinya sudah sering ramai. Semoga jika teman-teman hendak berkunjung ke sana bukan saat sedang ramai-ramainya ya. Supaya bisa menikmati suasana yang nyaman. Tak jarang saya melihat pengunjung yang menyendiri, asik membaca buku di sini.  
Downstairs
Upstair
Pojok kanan tempat mangkal Abang Barista :D
 ICON 05 COFFEE & RESTO
Jalan Bintaro Utama 5 Blok EA 2 Nomor 47 Bintaro Jaya
021-735 8963
icon05coffeeandresto@yahoo.com
Instagram: icon05.coffeeandresto

4 Alasan Menarik Kenapa Harus Singgah ke Filosofi Kopi

$
0
0
Dua hari yang lalu baru digelar perayaan hari kopi di Kementerian Perindustrian Indonesia. Siapapun bisa berkunjung ke sana dan menikmati kopi khas nusantara secara gratis. Sebelumnya pada 29 September, Amerika Serikat juga telah menggelar event serupa. Di sana kopi diberikan secara cuma-cuma atau didiskon khusus bahkan bagi wisatawan juga. Kopi yang dibagikan itu disajikan dengan lebih variatif dalam wujud kopi panas, es kopi, dan ada yang dialiri nitrogen segala (sumber: Republika Online). Mumpung momen perayaan kopi masih hangat, saya jadi ingin membagi pengalaman perdana ke Kedai Filosofi Kopi Rabu lalu. Meski sudah beberapa bulan usianya dan sudah banyak yang menuliskan tentang kedai unik ini, saya rasa setiap orang yang singgah ke sana akan punya cerita dan kesannya masing-masing. Berikut 3 alasan yang bisa jadi akan semakin kuat mendorongmu ke sana.

1. Untuk Menikmati Sajian Imajinasi Dari Karya Fiksi 
Jika teman-teman adalah penyuka karya sastra Dewi Lestari, tentu teman-teman sudah membaca buku kumpulan tulisan karya Dee dalam tajuk Filosofi Kopi. Kumpulan 18 prosa lirik, cerita pendek, dan cerita tidak terlalu pendek ini dibuka dengan cerita tentang Ben dan Jody. Dua pemuda berbeda karakter dan latar belakang yang sudah bersahabat sejak kecil dan membuka kedai kopi. Bagaimana duo sahabat ini mengatasi masalah masing-masing demi kelangsungan kedai mereka yang terlilit hutang menjadi titik awal permasalahan cerita. Hingga Ben, si barista yang mengagungkan kesempurnaan racikan kopinya, justru mendapatkan titik balik dalam hidup ketika berada pada sebuah kedai yang sangat sederhana. Ruang cerpen yang sempit tidak mampu membendung intensitas Dee dalam menyampaikan apa yang sering tak dapat dikatakan. 
Cerita fiksi ini kemudian diangkat menjadi sebuah film dan telah tayang di bioskop Indonesia pada Bulan April yang lalu. Penggemar Cerpen Filosofi Kopi berduyun-duyun menyaksikan film ini. Bahkan banyak yang tadinya tak tahu menahu tentang buku Filosofi Kopi menjadi ingin tahu. Ada yang menonton filmnya dulu baru membeli bukunya, namun tak banyak pula yang ingin membaca cerita fiksinya dulu sebelum menyaksikannya dalam layar lebar. Mendadak sebagian fans Filkop berubah bak ahli kopi. Mengomentari gelas-gelas kopi yang telah mereka teguk di cafe ataupun kedai yang mereka datangi. Dee sukses menyebarkan demam kopi.
Di dunia nyata, Jody (Rio Dewanto) benar-benar tak ingin kedai ini ditutup. Lalu akhirnya dibuka untuk siapa saja yang hendak mampir, dengan mempertahankan kondisinya seperti dalam latar belakang film. Entah ini bisa dikatakan sebagai kegesitan menangkap peluang bisnis atau karena Jody telah demikian dalam menghayati perannya. Namun apa yang ia lakukan sudah menyebabkan kebahagiaan tersebar bagi para penggemar buku dan film Filosofi Kopi yang ke sana. Sensai yang mereka rasakan ketika hendak berkunjung ke kedai favorit di imajinasi mereka itulah yang menjadi magnet atas keramaian pengunjung yang datang silih berganti.

Ada yang ke sana karena penasaran saja. Tak jarang mereka bergerombol hendak mendatangai tempat ini karena sedang menjadi trend.Lalu ada pula yang ke sana untuk membuktikan dengan mata kepalanya sendiri apakah kedai ini sama dengan yang dia imajinasikan. Melihat dalam film belum membuat mereka puas. Mengindra sendiri secara langsung menjadi pilihannya. Saya datang dengan alasan yang pertama. Tanpa ekspektasi berlebih namun sangat puas. Buktikan sendiri, apakah kedai ini sama seperti yang teman-teman imajinasikan.

2. Menikmati Kopi Cita Rasa Tinggi
Saya akui saya bukanlah penggemar berat kopi atau ahli soal kopi. Saya hanya sering menyecap Cappuccino atau Latte saja ketika berkunjung ke kedai kopi atau cafe. Ini karena lambung saya lemah terhadap kopi yang memicu naiknya asam lambung. 
Sore itu matahari masih terik. Dan perjalanan dari Bintaro ke Blok M membuat saya haus sehingga saya memilih Ice Caffee Latte (30 K/33 K). Rasa kopinya tajam namun tidak menyengat dan tidak memancing reaksi lambung. Susunya juga pas. Keduanya sama kuat karakternya, tanpa ada yang berusaha lebih menonjol. Racikan yang pas ini meninggalkan rasa kopi yang menempel di lidah setiap selesai meneguknya. Mungkin ketepatan proses sangrai membuat prosesi penyeruputan dan pengecapan menjadi lebih nikmat. Memang penentuan mengenai kopi yang enak ini sangat subyektif ya. Namun demikian, beginilah kopi enak menurut saya. Caffee Latte disajikan tanpa gula, Jadi pengunjung bisa menambahkan gula sesuai selera. Kebetulan saat ini saya sedang mengurangi konsumsi gula, jadi pas banget. Kopi di kedai ini tidak disajikan dalam cangkir, namun dengan menggunakan gelas sekali pakai.
Teman saya tadinya hendak memesan kopi tubruk, karena pesona Kopi Tiwus dalam cerita. Namun karena sedang haus-hausnya, maka ia pun urung. Akhirnya memesan Ice Cappuccino. Kami memesan French Fries (20 K) sebagai teman mengopi dan mengobrol. Satu porsi untuk berdua ternyata sudah membuat kenyang. Buktikan sendiri imajinasi racikan kopi yang teman-teman inginkan. Pick your philosophy of the day!
3. Tempatnya Bagus Untuk Foto
Akhir April lalu ketika kedai ini baru dibuka, beberapa orang memposting foto dengan latar khas filkop atau foto dibalik dinding kaca di sana. Apiknya beberapa foto hasil jeperetan di sini mengundang banyak pengunjung lainnya untuk datang dan ikut ambil foto juga. 

Meski kedai ini sempit, namun sepertinya selalu ada tempat yang tersedia untuk yang baru datang. Ya, kedai ini masih ramai saja hingga ketika saya berkunjung kemarin. Padahal saya ke sana pada hari dan jam kerja. Mungkin para pengunjung adalah mahasiswa yang waktunya cukup luang seperti saya. Beberapa terlihat tak malu-malu mengambil foto. Saya yang tadinya malu pun jadi tak sungkan mengeluarkan kamera dan segera jeprat jepret. Dari pada kehilangan momen, pikir saya. Bahkan saya foto bergantian beberapa kali dengan teman saya yang lebih berani. Ia selfie berkali-kali dengan senyum lebar tanda bahagia. Anak-anak muda yang duduk di luar di depan kaca, entah kenapa selalu ketawa ketika kami mengambil foto bergantian untuk kedua kali dan seterusnya. Barangkali mereka heran dengan kami yang tak kunjung selsai berfoto, atau mereka memang tertawa karena sedang ada jokes lucu dari kawannya. Saran saya cuma satu, jika niat ke sini memang untuk foto saja, maka JANGAN MALU. Dari pada menyesal sesampai rumah.
4. Jumpa Jody dan Ben
Saat ke sana saya tak punya niat untuk bertemu mereka. Bakalan senang jika bertemu. Namun kalau tidak, tak jadi masalah. Kabarnya Jody (Rio Dewanto) sering ada di meja kasir pada malam hari. Dan Ben (Chiko Jeriko) biasana akan ada di sana untuk berbagi filosofi kopi hari ini denganmu di akhir pekan. :D

Move On Rame-Rame di Peluncuran Buku Passport To Happiness

$
0
0
Akhir september lalu, Kak Ollie dalam twitternya @salsabeela menuliskan bahwa ia akan membagikan e-book bab pertama buku barunya secara cuma-cuma. Meski hanya akan mendapatkan bab 1, saya sangat antusias untuk segera memenuhi langkah-langkah untuk mendapatkannya. Soalnya judul buku tersebut bikin penasaran. Passport To Happiness. Lucu ya, jadi pengen tahu apa benar untuk menuju kebahagiaan kita perlu passport segala.

Pada bagian 1 buku itu, Kak Ollie menceritakan bagaimana perjalanannya ke Bali. Bukan menceritakan mengenai destinasi yang harus dikunjungi di mana saja dan bagaimana menuju ke sana. Namun Kak Ollie menceritakan apa yang dirasakannya pada masa terberat dalam hidupnya, ketika ia sedang bimbang untuk mempertahankan atau beranjak dari rumah tangganya yang saat itu ia rasa tidak membuatnya bahagia. Sepuluh tahun kebersamaan dengan usia pernikahan sekitar dua tahun tentu bukan suatu hubungan yang dapat dengan mudah dilepaskan. Dalam bimbang kemudian ia pergi ke Bali untuk menyepi sendirian. Di sana ia baru sadar bahwa hal itu sangat tidak lazim dan menimbulkan pertanyaan bagi beberapa orang yang berjumpa dengannya. Hingga ia bertemu dengan seorang guru spiritual yang ada dalam buku dan film Eat, Pray, Love. Apa yang Kak Ollie dapatkan dari beliau dan keputusan apa yang akhirnya ia pilih? Well, you should read the book by yourself.


Dari baca bab 1, saya jadi makin penasaran dan langsung apply ketika ada pengumuman mengenai acara book launch-nya. Alhamdulillah kebagian kuota undangan. 

Ketika sampai di D Lab Bulding, saya sadar saya sudah terlambat. Meski penasaran dengan bangunan perkantoran yang unik ini, saya harus mengurungkan niatan mengeksplorenya untuk segera saja masuk ke Moxy Lounge dengan menggunakan lift sebagaimana diinformasikan oleh security yang berjaga. Lounge-nya sudah ramai dan Kak Ollie sudah duduk di depan, dengan make up dan gaya hijabnya yang khas, Dipadu dengan kemeja pink yang girly dan celana batik. Ia dipandu oleh Gemala sebagai MC. Gemala kini berambut cepak dan outfitnya sangat casual.
Saat itu di belakang mereka sedang ditampilkan salah satu puisi dalam buku Kak Ollie, sebuah puisi tentang Dublin dan seseorang yang spesial baginya. Momen yang membuatnya bisa merasa sepenuhnya hingga bisa membuat sebuah karya sastra. Tentu orang tersebut sangat mengena di hatinya. Ketika ada yang bertanya apakah ada kelanjutan dari kisah ini. Kak Ollie membuat kami penasaran dengan tidak memberitahukan secara jelas. Puisi indah tentang Dublin dan seorang yang istimewa ini kemudian dinyanyikan secara akustik dengan apik oleh seorang teman Kak Ollie yang dulunya musisi. Katanya ia sudah lama tidak menyanyi. Padahal suaranya merdu sekali. Nyanyiannya membuat puisi tadi semakin mengena di hati.

Passport To Happiness berisi perjalanan Kak Ollie di 11 kota di beberapa negara yang berbeda benua. Dari Dublin kami diajak ke Paris untuk mendengar cerita mengenai suami istri yang sangat romantis. Padahal keduanya adalah pebisnis sukses dan usia mereka sudah tidak muda lagi. Pasangan ini memberikan harapan pada Kak Ollie bahwa cinta sejati itu memang ada. 

Suami istri sahabat Kak Ollie tadi bertemu dengan diperkenalkan oleh teman mereka masing-masing dan katanya saling jatuh cinta sejak pandangan pertama. Lalu memutuskan menikah 1 bulan kemudian. Keputusan yang sangat cepat dengan keyakinan yang terlalu besar untuk melangkah dalam pernikahan, bahkan untuk Parisien sekalipun. Kami juga ditunjukkan video mereka berdua menyanyi bersahutan saling menyatakan cinta dan berpesan bahwa mereka mencintai Kak Ollie. 

Saya terbawa takjub bagaimana bisa kedua pengusaha yang pasti super sibuk ini masih sangat romantis seperti orang baru kasmaran di usia pernikahan mereka yang sudah belasan tahun. Di Paris saat Kak Ollie diundang pada sebuah acara, ia menginap sendiri di hotel bagus yang berada di dekat menara Eiffel namun ternyata ia tidak merasa bahagia. Kemudian ia dibawa berjalan-jalan di Paris oleh si suami pasangan romantis itu. Ternyata memang ia sangat sopan bahkan dengan Kak Ollie yang hanya teman. Membukakan pintu mobil, membawakan tas dan hal-hal lain yang mengingatkan kita pada gentleman tak henti-hentinya dilakukannya. Hingga Kak Ollie minta dikenalkan dengan Pria Perancis lainnya supaya bisa membuktikan sendiri tentang romantisme Pria Perancis. Di akhir cerita bagian ini, Kak Ollie menanyakan "What's the craziest thing you've done for love?". Do you have your answer?
Dari Paris kami dibawa ke New York ketika Kak Ollie diundang dalam event leadership. Well, perjalanan Kak Ollie ke luar negeri semuanya diundang dalam suatu event. Luar biasa ya. Bikin pengen nggak sih? Balik lagi ke event leadership Kak Ollie di New York, di sana ia dikumpulkan dengan 28 orang lainnya. Mereka semua tentu punya karakter kuat dan kepribadian menarik hingga diundang dalam event tersebut. Seiring berjalannya waktu, mereka terbagi dalam beberapa kelompok sesuai kesuakaannya masing-masing. Tentu saja Kak Ollie masuk dalam kelompok yang suka jalan-jalan random. Namun tiap malam ia tidak pernah ikut pergi  karena biasanya agenda di malam hari adalah clubbing. Selain karena ia berjilbab dan tidak minum alkohol, Kak Ollie menolak ajakan tersebut karena ia merasa sama sekali tidak bisa menari. Ia trauma pernah datang ke kegiatan tari ketika masih SD, lalu keesokan harinya temannya menyampaikan pesan dari gurunya kepadanya bahwa ia tidak usah lagi datang ke kelas tari. Alasannya karena ia ketinggian. Leason learned ya, jangan menyakiti seorang anak dengan menyebutkan alasan fisik, hal itu bisa jadi membekas dan membuatnya trauma. 

Kak Ollie sempat pergi sendirian ke jazz club, di sana ia merasakan kembali mengenai kengerian sendirian sebagaimana ia pernah merasakannya ketika di Bali. 

Namun akhirnya pada malam terakhir. Kak Ollie mengiyakan saja untuk dibawa ke sebuah club dengan teman-temannya itu. Di sana ia diajak menari salsa oleh salah satu teman prianya. Ternyata temannya itu tak hanya bagus leadershipnya saat berkeja, ia bahkan sangat baik dalam mengarahkan Kak Ollie untuk mengikuti tarian salsanya hingga Kak Ollie tak sadar tau-tau sudah selesai menari dan  semua orang bertepuk tangan untuknya. Ternyata perjalanan spiritual tidak hanya ada pada tari sufi ya, tari salsa pun bisa jadi pengalaman spiritual. 

Di lain ceita ada juga kisah bagaimana Kak Ollie menemukan seorang pria yang sangat sesuai kriterianya, sempurna di atas kertas dari sisi prestasi daan karier. Bahkan berparas tampan. Namun Kak Ollie bilang bahwa chemistry-nya nggak dapet sehingga mereka berpisah.

Pada penasaran nggak sih apakah perjalanan Kak Ollie manjadi perjalanan yang bermakna dan mebahagiakan atau justru membuat ia makin tidak bahagia? Apakah Kak Ollie berhasil menemukan soulmate-nya?

Cerita di balik ditulisnya buku ini karena beberapa teman wanita Kak Ollie yang sudah berkeluarga seringkali bercerita bahwa mereka tidak bahagia. Namun, tidak berani mengambil keputusan untuk berpisah karena takut lebih tidak bahagia lagi. Sebenarnya, Kak Ollie tidak selalu menyarankan seseorang yang tidak bahagia untuk move on dan menemukan kebahagiaannya sendiri. Karena pada intinya mau tinggal atau pergi, kitalah yang menentukan kebahagiaan kita sendiri. Setuju nggak? 

Simpulan dari Kak Ollie adalah:
Seusai teaser per bab dalam buku Kak Ollie, para peserta diminta sharing tentang pengalamannya move on atau pengorbanannya untuk menggapai cinta. Akhirnya ada yang bercerita bagaimana ia berpisah dengan suaminya, lalu menemukan seseorang yang ia rasa the one. Namun justru pria inilah yang membuat ia merasa hidupnya kadang terasa sangat berat. Tidak seperti sebelumnya ketika ia merasa tak ada masalah berat dalam hidupnya. Bahkan ia move on dengan baik dari perpisahan sebelumnya. Namun karena ia yakin pria itulah orangnya, maka ia memilih untuk tetap tinggal dan membiarkan waktu berjalan. Ada yang sedang merasa seperti itu juga girls? Dari sini saya sok tahu dan sok yakin bahwa banyak peserta yang hadir dalam ruangan itu yang  diam-diam penasaran pengen segera menandaskan Passport To Happiness karena barangkali ada cerita serupa dengan yang dialaminya di dalamnya. 

Sebuah buku sukses biasanya berasal dari kelekatan dengan keseharian para pembacanya, sehingga menarik banyak orang untuk penasaran dan segera membaca. Kak Ollie sudah membagi ceritanya untuk menguatkan siapa saja yang ingin bahagia. Go get yours gilrs!

Kami semua dapat buku bertanda tangan dari Kak Ollie, dan bahkan dapat foto bareng juga lho. Thank you Kak Ollie dan semua sponsornya. Saya akan menuliskan resensi dan opini tentang buku ini dalam pos terpisah. 
Coba tebak siapa saja penulis wanita yang ada dalam foto terakhir ini?
Jadi buat siapa saja yang sedang merasa tidak bahagia, sedang galau, pengen move on,takut move on atau baru saja move on dan barangkali sedang bingung mengambil pilihan hidup, ada baiknya segera beli buku ini.Bakalan ludes dibaca dalam 2 jam deh. Ringan kok :)

Keriaan dari Workshop Perdana Indonesian Hijab Blogger

$
0
0


Workshop perdana Indonesian Hijab Blogger (IHB) memang sudah berlalu. Bahkan tak terasa sudah 10 hari lalu. Namun kenangan manisnya saat semua tertawa bersama di tengah penyampaian materi maupun saat foto-foto masih membuat saya tersenyum sendiri saat melihat foto-fotonya. Rasa capek dan hectic menjelang acara terlupakan sudah. Tim IHB sangat sigap dan selalu saling bantu sejak persiapan, saat berlangsungnya workshop, hingga pasca kegiatan ini berakhir. Senang bisa bekerja sama dan banyak belajar dari teman-teman di IHB yang luar biasa.

Workshop IHB diselenggarakan di Nutrifood Inspiring Center. Semacam open space yang menyediakan tempat bagi komunitas apapun untuk menyelenggarakan kegiatannya di sana. Berlokasi di Menteng Square, tempat ini relatif mudah ditemukan. Nutrifood Inspiring Center terdiri dari dua lantai. Pada lantai dasar tatanan desain interiornya sangat kekinian, simpel dan bersih. Kita bebas minum apa saja yang tersedia di sana. Free refill untuk semua produk Nutrifood. Mas Michael dari Hi-lo Soleha bahkan langsung menyediakan Hi-lo Soleha untuk kami. Kebetulan saya memang suka banget sama susu coklat. Girang rasanya bisa minum sepuasnya.

Sponsor untuk workshop perdana IHB ini tak disangka-sangka cukup banyak. Ada tumblr dari Im Cantik, brush art dari Mba Feni (@besinikel) yang langsung saya pasang di dinding kamar dan jilbab segi empat dari hijab_20k. Sponsor makanannya nih yang di atas ekspektasi, semuanya enak pake banget! Puding coklat dari Millie Cakery tandas dalam beberapa suapan saja. Sepulang ke rumah rasa capek hilang seketika setelah menghabiskan satu jar red velvet dari Agita Cakes yang beneran enak bianget. Cakes-nya udah bersertifikat halal lho. Nah, satu lagi nih Stick Kentang Keju Pak Iyo. Saya kan nggak doyan ngemil, apalagi kalau camilannya berpenyedap rasa. Tapi kemarin nyomotin stick kentang teman-teman IHB yang udah pada ngebukain duluan. Rasanya pas, kerasa keju sama telurnya. 

Kak Ola mewakili tim IHB memberikan sambutan di awal acara. Selanjutnya workshop berjalan sangat menyenangkan. Kak Suci Utami berhasil membuat suasana rileks dengan guyonannya. Kak Fifi juga menyampaikan materi presentasinya santai tapi seru, serasa sambil ngobrol aja. Semua peserta terlihat terhipnotis menyimak setiap kata dari Kak Fifi. Keliatan banget kalau semuanya mengidolakan Kak Fifi Alvianto. Saya juga sih, sampai lupa keliling ngefoto para peserta workshop. Hihi. Mau tau apa aja yang disampaikan Kak Fifi? Datang dong makanya ke workshop IHB. Insya Allah banyak manfaatnya. Sedikit aja bocorannya ya, Kak Fifi memberikan banyak sekali tips dan hal yang kita perlu tahu dalam blogging. Misalnya kita perlu paham kode html, bagaimana menampilkan foto yang berkualitas dan ternyata kita perlu tahu desain blog yang sedang trend. Saat pembicaraan menyinggung sedikit tentang how to monetize our blog, semua mata langsung berbinar dan semuanya memasang telinga demi tak ketinggalan satu informasi pun. Poin terpenting dalam blogging sebenarnya adalah kita tahu apa yang kita kerjakan dan kita menikmatinya.

Mood baik selama workshop pasti karena dekor ruangannya deh. Le Luna Decor menyulap lantai atas Nutrifood Inspiring Center yang tadinya berdinding putih jadi penuh warna warni ala Morocco. Penataan meja dan tempat duduk peserta juga bikin nyaman dan betah menyimak workshop

Selesai penyampaian materi dan tanya jawab seru yang terpaksa dihentikan oleh Kak Suci karena saking banyaknya yang semangat nanya, peserta diminta membuat moodboard tampilan blog yang mereka inginkan. Mba Tia sudah menyediakan sticker lucu untuk digunakan oleh para peserta supaya blognya makin cantik. Ternyata hanya dengan majalah bekas dan sticker tadi, bisa banget jadi blog yang bagus. Para peserta benar-benar langsung mempraktekkan layout blog dan susunan foto yang disampaikan Kak Fifi. Selamat ya bagi peserta yang terpilih jadi pemenang moodboard challenge. Bagus-bagus banget moodboard-nya.

Tolong abaikan muka kucel saya ketika foto sama blogging mentor ya. Gimana workshop-nya menurut kalian? Kira-kira di workshop ke-2 IHB nanti bakal bahas apa ya? Ada yang bisa nebak? ;)

Fimela Fest/Batik Fashion Week 2015: DAYS, Danar Hadi untuk Kaum Muda

$
0
0
Apa yang terbayang ketika mendengar tentang Danar Hadi? Tentu sebagian besar atau bahkan hampir semuanya akan berpikir bahwa Danar Hadi adalah sebuah merk pakaian batik untuk acara formal yang cocok dipakai oleh kalangan usia 25 tahun ke atas. Demikian pula saya sewaktu apply dan mengambil undangan fashion show-nya. 
Memasuki ruang peragaan busana Fimela Fest sekaligus tempat perhelatan Batik Fashion Week yang sudah penuh karena sudah 30 menit berlalu dari jadwal yang ditentukan, saya merasa beruntung masih mendapati tempat duduk di baris ketiga dari depan sekaligus dari lorong jalan. Tanpa berpikir lebih jauh kenapa yang ada di sebelah saya adalah anak muda dengan kisaran usia belasan tahun, saya khidmat menunggu show yang akan segera dimulai. 

Tiba-tiba para pengunjung dikejutkan dengan suara anak perempuan yang berteriak mengkomando teman-temannya. Lalu muncul beberapa orang gadis muda dengan senyum ceria dan rambut ponytail khas cheerleader. Mereka berlari dan melompat, lalu menari kompak dan membuat beberapa piramida tinggi. Adegan lempar melempar temannya ke atas berulang beberapa kali. Banyak pengunjung yang berteriak takjub, ada juga yang berteriak ngeri saat adegan si gadis di puncak piramid dilempar ke atas. Semuanya terlihat terhibur atas keceriaan dan semangat adik-adik cheerleader dari salah satu SMA di Jakarta itu. Pertunjukan cheerleader ditutup dengan menampilkan huruf DAYS dari 4 puncak piramida. DAYS merupakan tajuk koleksi Danar Hadi yang akan disajikan. Semua bertepuk tangan.

Setelah adik-adik cheerleader keluar dari arena, tak lama kemudian beberapa model yang masih belia muncul sambil berlari-lari, bergandeng tangan, dan bahkan ada yang bergerombol dan sibuk ngobrol. Saya baru sekali ini melihat konsep fashion show seperti ini. Melihatnya memang menyenangkan dan menghibur. Ide yang sangat fresh. Namun saya sangat kesulitan untuk mengabadikan momen ini karena para model berjalan dengan sangat cepat. Pakaian yang dikenakan para model semuanya mencerminkan kesan simple namun fashionable dengan didominasi celana pendek dan mini dress. Pilihan warnanya cenderung pada warna cerah yang ceria. DAYS ditutup dengan berkumpulnya para model di depan lalu mereka sibuk wefie dengan grupnya masing-masing. Khas seperti kebiasaan anak muda masa kini.

Koleksi yang muncul berikutnya masih untuk kalangan muda, namun menyasar umur awal 20 tahunan. Model masuk ke catwalk sambil membawa lolipop dan cotton candy. Bukan hanya properti, semua teluhat menikmatinya. Tapi sayangnya saya juga ketinggalan untuk mengambil fotonya. Lalu ketika model beralih untuk rentang usia lebih dewasa, saya baru bisa mengambil beberapa foto. Rancangan didominasi busana two pieces, dengan atasan dipadu bawahan yang simple namun dengan cutting yang unik. Pilihan kain batik yang digunakan cukup pop. Pagelaran ditutup dengan berbarisnya para model sambil menggoyangkan badan seirama musik dan bertepuk tangan menyambut designer yang karyanya sedang mereka kenakan. Danar Hadi berhasil mengejutkan saya sore itu. Selain karena kemasan peragaan busana yang sangat unik, juga karena design-designnya yang kini tersedia untuk kalangan muda.

Fimela Fest/Batik Fashion Week: Parang Kencana Nan Elegan

$
0
0
Hello, selamat akhir pekan. Bagaimana hari minggumu? Semoga menyenangkan ya. Ngomong-ngomong sebenarnya sejak ganti tema, saya mengalami masalah foto yang blur pada beberapa post. Padahal foto yang saya upload sudah cukup besar image size-nya. Untunglah barusan saya dibantu teman saya Reza jadi sudah ketemu masalahnya di mana. Sekarang kemalasan untuk reportase Batik Fashion Week 4 Oktober lalu sudah terobati. Semoga bermanfaat.

Ruang fashion show untuk Parang Kencana ini berada di area yang sama dengan lokasi fashion show DAYS by Danar Hadi. Namun pengunjung yang hadir pada malam itu sepertinya melebihi kuota hingga beberapa tamu undangan yang datang terlambat harus berdiri. Mungkin ini disebabkan undangan Parang Kencana dan NES jadi satu sehingga tamu yang datang di luar perhitungan. Lucu juga sih ada kejadian seperti ini. Saya baru sekali mengalaminya. Alhamdulillah saya dapat tempat yang cukup strategis karena datang 15 menit sebelum jadwal pada undangan.
Parang Kencana menyajikan design kain batiknya yang elegan dengan potongan yang clean. Didominasi dress dan padu padan batik on batik. Bahkan dress batik bisa dipadu dengan outer batik yang berbeda motif. Warna yang diusung kebanyakan adalah warna bold seperti biru dan merah. Selain itu, warna-warna lain dari kain batik khas Pekalongan juga ditampilkan. Misalnya warna cerah yang mendekati pink dan pada akhir fashion show ditampilkan pula dua dress manis dengan warna dasar putih berhiaskan bunga warna warni dan motif batik berwarna biru tua. Saya rasa hanya dua dress itulah yang masih wearable untuk para hijabers. Tentunya akan membutuhkan manset atau outer untuk menutupi bagian atas dress yang memang didesign terbuka. 


NES, Menutup Fimela Fest/Batik Fashion Week dengan Paduan Inspirasi Marching Band, Seriosa dan Para Pelari Wanita

$
0
0
Masih melanjutkan peragaan busana di lokasi yang sama dengan Parang Kencana tanpa perlu keluar, NES, salah satu brand batik yang turut serta dalam Fimela Fest/Batik Fashion Week 2015 akan segera tampil. Pertama-tama kami diberikan tontonan mengenai preferensi NES untuk melestarikan budaya membatik yang sedihnya sekarang didominasi kaum yang relatif tua. Video tersebut berkisah mengenai proses perendaman batik hingga jadi kain siap pakai. Menyimbolkan proses kelahiran NES yang setelah lahir katanya siap berjalan, berlari dan bahkan terbang.

Setelah itu kami diperlihatkan video latihan marching band gadis-gadis Tarakanita dengan semangat Girls Power-nya yang tidak kalah dengan MB yang biasanya didominasi kaum pria. Latihan keras yang mereka jalani sejak SMP hingga SMA dipertontonkan dalam sebuah video. Ketika Conductor MB Tarki meneriakkan one two three pada event Grand Prix Marching Band dengan penuh semangat dan senyum cerah ceria namun terlihat sangat fokus, saya merinding terbawa semangat mereka dalam bertanding. Adegan tersebut menjadi bagian penghujung video. Gemuruh tepuk tangan penonton membahana memenuhi ruangan.
Tak lama kemudian dinyanyikanlah lagu seriosa dari penyanyi papan atas Indoensia yang sudah senior. Beberapa Flag Angels muncul. Namun yang dikibarkan oleh mereka bukanlah bendera, melainkan kain batik NES. Mereka semua merupakan model profesional. Sedangkan peragaan busana berikutnya dibawakan oleh pelari wanita Indonesia yang semuanya bukanlah model. Memang ada beberapa artis yang ikut terlibat dalam fashion show ini, namun kebanyakan adalah wanita-wanita yang tidak pernah berkecimpung di dunia modelling. Jadi koleksi NES kali ini mungkin akan lebih mengena di hati pelanggannya karena yang memperagakan adalah sesama ibu-ibu atau sesama wanita yang bukan model dan sebagian memang tidak semampai seperti model. Kelekatan dengan kondisi pelanggannya akan menjadi daya tarik tersendiri.

Ibu-Ibu ini harus tampil percaya diri membawakan koleksi NES. Ada yang terlihat sangat menikmati menjadi pusat perhatian banyak orang, ada juga yang terlihat grogi. Barangkali tamu undangan malam itu didominasi oleh para alumnus Tarki, karena banyak yang memanggil-manggil nama mereka dari barisan penonton. Muse designer NES dalam menghasilkan karyanya kali ini memang dari Marching Band Tarakanita.
Awalnya saya merasa koleksinya kok "tua", buat ibu-ibu banget. Tapi semakin ke sini ada pula kebaya yang dipadu kain batik. Saya mulai tertarik karena masih merasa bisa mengenakannya untuk acara formal. Lalu saya jadi gembira ketika pakaian-pakaian dengan cutting kimono mulai ditampilkan. Detail pita di belakang bajunya membuat saya semakin terpikat. Untuk koleksi NES ini, ada lebih banyak pakaian yang masih wearable untuk hijabers.  Notice muse  designer NES diaplikasikan dalam wujud apa? Kain batik yang semuanya dibawakan oleh model merupakan wujud dari inspirasi Flag Girls Marching Band-nya. So, which one is your favorite?
Rupanya peragaan busana yang melekat di hati tamu undangan karena teman-teman mereka sendiri yang berjalan di atas catwalk, dengan iringan lagu seriosa tentang semangat kebangsaan yang mengharu biru membangkitkan rasa cinta kita pada kekayaan tanah air dan semangat gadis-gadis Marching Band yang muncul kembali dari para wanita dewasa yang kini tergabung dalam komunitas pelari wanita yang sangat meriah ini merupakan penutup rangkaian pergaan busana Batik Fashion Week 2015. Senang rasanya bisa melihat fashion show yang disajikan secara unik pada Batik Fashion Week kemarin. Semoga acara serupa untuk tahun depan akan lebih seru dan lebih meriah lagi. Salam :)

Click Cafe, Tempat Ngopi Penggemar Fotografi

$
0
0

1st Floor

2nd Floor
Assalamualaikum
Happy weekend everyone!
Kali ini saya ingin berbagi informasi mengenai sebuah cafe yang punya niche. Nggak cuma blog dong yang punya niche, cafe juga musti punya supaya beda dari yang lainnya karena ada "added value"-nya. Cafe yang saya maksud adalah Click Cafe yang bertemakan fotografi. Seperti yang bisa teman-teman lihat pada foto di atas, design interior cafe ini dihiasi berbagai figura yang memajang hasil-hasil jepretan dari beberapa fotografer ternama. Quotes pada dindingnya pun bertemakan fotografi. Saya sekalian curi-curi ilmu sembari membaca quotes dan wall art-nya. Lokasi CLick Cafe masih di kawasan Bintaro. Sedang pamali pergi jauh-jauh jadi saya maennya di deket-deket sini aja.

Click cafe menyediakan area merokok di depan cafenya. Karena lokasinya di Central Business District (CBD) Menteng Bintaro (deket Taman Menteng Bintaro, sebelum Lotte Mall Bintaro), maka teras ruko dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menyediakan area merokok. Agaknya Ibu pemilik cafe ini tidak terlalu friendly dengan perokok. Ini opini pribadi saya jika membandingkan Click dengan cafe sejenisnya di sekitarnya yang biasanya menyediakan area merokok dengan ruang yang cukup luas. Nilai plus bagi saya.

Cafe ini terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama ditata dengan lampu-lampu dan penataan meja yang modern dan kekinian. Tempat duduknya nyaman. Kita bisa bebas membaca majalah-majalah fotografi terbaru yang disediakan. Jadi buat yang enggan berlangganan majalah fotografi dengan dalih ngirit tapi masih suka nongrong, cafe ini layak dijadikan tempat menghabiskan waktu. Saya sering ke sana dengan teman-teman pada malam hari karena cafe ini masih relatif sepi, tak seramai cafe-cafe lain yang dijejali anak muda dan suasananya cenderung berisik, susah untuk ngobrol santai.

Pada kunjungan saat saya mengambil beberapa foto tersebut, saya secara jujur mengajak ngobrol Mas-Mas yang sedang berjaga di sana bahwa saya mau foto-foto dan hendak mempostingnya di blog. Jadi kata si Masnya, suami pemilik cafe ini memang suka fotografi dan banyak memiliki teman yang sudah terkenal jago fotografi. Makanya si Ibu jadi punya ide mengusung tema fotografi saat hendak membuka usaha cafe. Cafe ini baru berusia beberapa bulan saja. Dibuka pertengahan tahun ini. 

Nilai plusnya cafe ini selain bisa belajar fotografi otodidak dari apa yang ada di sana,  juga bisa ikut kumpul-kumpul para penyuka fotografi pada tiap rabu malam sebulan sekali atau dua minggu sekali. Pembicara/narasumber yang hadir tidak akan mengecewakan minat kalian. Jadi bagi siapa saja yang memang suka foto-foto, bisa ikutan sharing di sana. Biasanya acara tersebut diadakan di lantai 2. Saya diantar Masnya lho berkeliling foto-foto sampai ke lantai 2 nya. Diceritakan juga kapan berdirinya cafe ini dan aktifitas apa saja yang sering dilakukan para pengunjung ketika ke sana. Ownernya nggak salah memilih pegawai. Masnya baik banget. Bahkan di lain kesempatan saya pernah melihat si Mas yang sama menuntun nenek-nenek yang baru take away makanan dari Click dan memastikan bahwa nenek tersebut akan pulang dengan selamat. 

Lantai 2 cafe ini cukup luas. Ada TV LCD besar dan keyboard. Bisa bebas karaoke, nonton bareng, arisan atau bahkan pengajian di sana. Hanya dengan minimum pembelian 300ribu rupiah maka para pengunjung dapat menggunakan fasilitas tersebut dengan gratis.

Jika kamu adalah penyuka fotografi cobalah sesekali singgah kemari, pasti sumringah. Tak hanya keunikannya yang mengusung tema fotografi, makanan dan minumannya pun tak mengecewakan. Minumannya enak, meski tak ada yang istimewa di sana selain harganya yang relatif terjangkau. Tempat ngopi langganan yang lebih dekat dari rumah saya sudah menaikkan harga makanan dan minumannya sehingga Click Cafe menjadi alternatif yang menyenangkan dan memuaskan. Saya bisa makan besar dengan rasa makanan yang memanjakan lidah dan mengenyangkan perut sembari ngopi dan ngobrol dengan teman-teman kesayangan untuk berbagi pikiran ataupun saling mencela. Beneran deh makanan besarnya enak-enak. Meski kentang gorengnya menggunakan kentang lokal, rasanya tetep enak banget dan nggak kawatir pengawet deh. Jika ingin menyendiri sambil membaca buku, saya jamin Click sangat cocok untuk itu. 

JFW 2016: ETU by Restu Anggraini SS2016 The Rationalist

$
0
0
"Restu Anggraini in her instagram mentioned that The Rationalist SS 2016 is inspired by The Golden Ratio, which originally based on The Fibonacci numbers. The Golden ratio is a product of a natural principle related to the laws of equilibrium, and also well known aesthetic perfection. The Golden Ratio which appears in the sleeves, collar, front panels, details, necktie, and even in waistline measurement on this collection will express ETU efforts in creating the beautiful and timeless designs with uncompromised quality. ETUofficial introduces The Golden Ratio construction into her basic garments and asymetric outer through its new pinching and origami petal geometric techniques. ETU drew inspiration from menswear's sartorial silhouttes and cuttings, and combined it with The Golden Ratio proportion"

They picked navy, coral, white, and grey to translate the versatility of genderless piece of clothes. I adore how Kak Etu engange each of the collection with the golden ratio detail. The easiest way to see the pinching origami detail is at the hijab/ head peice of the models. Japanese sailor uniform typical become a statement on the back of the outer. Everyone I knew who watch the show said that they really love the collections and really want to have it in their wardrobe.

I already visited ETU's booth at The Hall Senayan City 8th floor to check out the collection's detail. Every cutting and detail are truely representated at the caption from Kak Etu's team mentioned above. It is in very high quality condition. I like the wool fabric's texture. Unfortunately, the price wasn't available yet. But we can leave our email adress or name card to be contacted soon by their team. Eventhough her collection recently dominated by office wear and still have the similar cutting with her Marcedes Benz Collection, but I could see how she grows, being bolder and giving more detail in the current collections, The Rationalist. I prefer the colors pallete in this collection than before. Bold but still fresh with white and pink. I think Kak Etu will make us more adore her design at the upcoming Virgin Melbourne Fashion Festival 2016 as she won Australia Indonesia Young Fashion Designer Award 2015.

OOTD Jakarta Fashion Week Day 1: Graceful in Jippa Abaya By Ummu Balqis

$
0
0
Assalamualaikum,
Saya doakan siapa saja yang sedang membaca post ini sedang dalam keadaan sehat dan bahagia apapun kesibukan kalian. Saya sendiri sekarang sedang kalang kabut menyusun proposal skripsi yang tiba-tiba harus dikumpulkan hari Senin. Padahal saya sangat santai dan malah keluyuran di Jakarta Fashion Week beberapa hari terakhir. Tapi saya tidak menyesalkan itu, yang penting saya happy. Soalnya tahun depan saya belum tentu bisa hadir di JFW 2017. Entah akan berada di mana saya saat itu. Bisa jadi sudah pindah lagi, atau masih tetap di sini.

Dengan alasan kesibukan tadi, namun tak kuasa menahan rindu untuk update blog, maka saya memutuskan untuk membahas mengenai Jippa Abaya dari brand By Ummu Balqis. Siapa yang belum follow instagram @babyhijabers yang selalu positif itu? Nah, akun instagram tersebut merupakan owner brand By Ummu Balqis. Kira-kira karakter owner sudah cukup merepresentasikan gimana kualitas produknya. Selain berniaga, Mba Erni seringkali menyelipkan nilai-nilai syiar dalam design-nya. Harga abaya, gamis dan hijab Ummu Balqis cukup affordable dengan kualitas kain dan hasil jahitan yang sangat memuaskan. Saya mendapatkan Jippa Abaya dari instagram @gita_moslemstuff. Ownernya kebetulan teman saya dari SMP lho, baik dan ramah. Cek-cek aja ig nya kalau kamu mau lihat-lihat produk-produk By Ummu Balqis atau Happy Hoppy Shoes. Bisa COD juga bagi yang tinggal di sekitar STAN. 


Meski bahannya cukup tebal dan tidak menerawang, Jippa Abaya nggak bikin kegerahan. Bahannya nyaman banget untuk kulit saya yang sensitif. Tadinya saya tidak menyangka akan terlihat lebih anggun saat mengenakannya. Aksen pada lengan atas abayanya menimbulkan kesan elegan. Saya jadi makin pede ke fashion week pakai abaya.

Selain itu, Jippa Abaya ini menggunakan risleting atau zipper berkualitas di bagian depan secara menyeluruh dari atas sampai bawah. Hal ini akan memudahkan bagi pengguna yang sedang menjadi busui. Lalu yang paling saya suka adalah bagian lengannya yang juga berisleting, bebas ribet sewaktu wudhu deh. Warna yang saya kenakan adalah warna coklat yang tadinya jika dilihat di galeri instagram si penjual nampak biasa saja. Tapi ternyata setelah dipakai kece binggo. Pas banget warnanya untuk musim sekarang yang sedang bertemakan autumn. Meski di sini nggak ada musim gugur, adanya kemarau, tapi boleh lah ya di pas-pasin ajah. 

Oiya tumben banget kan saya pakai make up. Ini juga karena kebaikan hati teman saya yang sedang menekuni dunia per-makeup-an. She dolled up for free. Hihi. Hasilnya oke nih tahan lama makeupnya. Kalau kamu mau nyobain dimakeup sama Oyin juga sila kunjungi instagramnya @oy.in (Oyin Arini).

Ternyata berpakaian syar'i nyaman juga nih^^

OOTD JFW 2016 Day 3: I AM A GEEK

$
0
0

Veil: Qissa Shawl House of Kalila
Glasses: Optik Melawai
Outer: @sheneedshijab
Inner tshirt: River Island (from Pasar Senen thrif market, 20K)
Jeans from H&M (I got 149K only at H&M AEON Mall!)
Bag from Kapuyuak Bukittinggi
Shoes: Topshop

Akhir-akhir ini Jakarta sangat panas sehingga saya memutuskan untuk mengenakan outfit yang nyaman dan bebas gerak untuk dipakai hari itu. Outer berupa long vest masih mendominasi runway di manapun. Termasuk dalam Jakarta Fashion Week 2016 ini. Jadi saya rasa akan cocok jika mendatangi event tersebut dengan outer berlengan pendek setelah bosan dengan yang sleeveless dan yang berlengan panjang. Jika suka dengan outer-outer yang banyak dipakai oleh selebgram favorit atau rancangan designer tertentu, go get yours sebelum musimnya berlalu. Pilihan long vest polos tentu akan lebih menguntungkan karena bisa digunakan meski nantinya outer tidak lagi menjadi epidemi seperti sekarang.

Innernya saya memakai tshirt bermotif stripes yang juga cocok digunakan pada musim apapun.Stripes adalah pilihan basic yang aman. Salah satu must have item untuk tampil chic. Bisa di mix&match sesuai trend. Tshirt bersahabat untuk cuaca panas karena relatif menyerap keringat. Kaca mata yang saya kenakan memang kaca mata minus yang saya pakai sehari-hari. Namun ternyata dengan aksen ikatan di bagian depan outer dan loose pada bagian belakangnya, ditambah oxford boots menimbulkan kesan nerd pada tampilan ini. Jadilah saya nampak seperti geek hari itu. 

Sebagai tambahan pada postingan OOTD/Style, saya akan sedikit berbagi informasi mengenai referensi pakaian affordable yang berkualitas pada keterangan di mana saya mendapatkan item tersebut. Untuk berpenampilan stylish sesuai dengan apa yang kita mau nggak harus mahal kok. Kita bisa mensiasatinya dengan membuat sendiri atau belanja di thrift shop. Suka fashion nggak melulu harus mengeluarkan banyak dana. Be smart spending your money ;)

Do you think this style matching me? Have a good day :)
Viewing all 249 articles
Browse latest View live